[Medan | 11 Maret 2025] Goldman Sachs, bank investasi dan pengelola aset global, menurunkan peringkat serta rekomendasi terhadap aset keuangan Indonesia. Keputusan ini didasarkan pada meningkatnya risiko fiskal akibat berbagai kebijakan dan inisiatif yang diambil oleh Presiden Prabowo Subianto.
Dalam revisinya, Goldman Sachs menurunkan peringkat saham Indonesia dari overweight menjadi market weight. Selain itu, rekomendasi terhadap surat utang BUMN bertenor 10 hingga 20 tahun juga dikoreksi menjadi netral.
Penurunan ini mengikuti revisi proyeksi defisit fiskal Indonesia yang dinaikkan dari 2,5% menjadi 2,9% terhadap PDB. Goldman Sachs menyoroti tekanan yang dialami pasar keuangan Indonesia dalam beberapa bulan terakhir, yang dipicu oleh ketidakpastian akibat perang dagang global, kebijakan tarif, serta perlambatan ekonomi domestik yang membuat investor asing mengurangi eksposur di Indonesia.
Sejak awal tahun, IHSG sempat mengalami koreksi tajam dan mencatatkan salah satu penurunan terdalam secara global. Rupiah juga melemah hingga menyentuh level terendah dalam lima tahun terakhir sebelum mulai menunjukkan perbaikan.
Menurut Goldman Sachs, kekhawatiran investor semakin meningkat setelah Prabowo mengumumkan kebijakan pemangkasan dan realokasi anggaran, pembentukan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara), serta program pembangunan 3 juta rumah, yang dinilai dapat memperlebar defisit anggaran.
Sebelumnya, Morgan Stanley juga menurunkan peringkat saham Indonesia dalam indeks Morgan Stanley Capital International (MSCI) dari equal-weight (EW) menjadi underweight (UW). Keputusan ini didasarkan pada melemahnya prospek pertumbuhan ekonomi domestik serta tekanan terhadap profitabilitas perusahaan di sektor siklikal.
Morgan Stanley menyoroti pergeseran tren return on equity (ROE), yang kini lebih menguntungkan China dibanding Indonesia. Saham-saham di China mulai menunjukkan pemulihan, terutama berkat perbaikan kinerja operasional dan efisiensi neraca keuangan di sektor-sektor utama.
Selain faktor fundamental, perbedaan valuasi juga menjadi alasan penurunan peringkat saham Indonesia. Morgan Stanley menilai bahwa valuasi saham China kini lebih menarik, terutama setelah pemerintah China menunjukkan sikap lebih mendukung sektor swasta, yang meningkatkan daya tarik investasi dibanding Indonesia.