[Medan | 26 September 2025] Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mendadak terkoreksi lebih dari 1% pada akhir perdagangan Kamis (25/9/2025), setelah sebelumnya mencatat reli dua hari beruntun ke level tertinggi sepanjang masa.
IHSG ditutup turun 85,89 poin atau 1,06% ke level 8.040,66. Aktivitas perdagangan terbilang ramai dengan nilai transaksi mencapai Rp23,92 triliun, melibatkan 52,52 miliar saham dalam 2,68 juta kali transaksi. Kapitalisasi pasar menyusut menjadi Rp14.783 triliun.
Tekanan penurunan terutama datang dari saham-saham berkapitalisasi besar. BBRI, BRPT, dan DCII tercatat sebagai penekan indeks terbesar dengan kontribusi koreksi masing-masing 16,54 poin, 16,21 poin, dan 10,6 poin. Saham-saham lain seperti AMMN, DSSA, ANTM, MDKA, ASII, BBCA, dan TLKM juga ikut membebani kinerja IHSG. Dari sisi sektoral, barang baku, teknologi, dan finansial mencatat penurunan terdalam, sementara sektor konsumer primer serta properti masih mampu bertahan di zona hijau.
Pelemahan IHSG sejalan dengan kinerja rupiah yang kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat. Rupiah ditutup di level Rp16.735 per dolar AS, terkoreksi 0,39% dan memperpanjang tren pelemahan selama enam hari beruntun. Bahkan sempat menyentuh Rp16.755 per dolar AS, yang merupakan posisi terendah dalam lima bulan terakhir.
Menguatnya indeks dolar AS (DXY) hingga 97,880 menjadi salah satu faktor utama pelemahan rupiah. Dolar terus reli setelah pernyataan Ketua Federal Reserve Jerome Powell yang menekankan bahwa pemangkasan suku bunga belum akan dilakukan terburu-buru. Pernyataan tersebut memicu penguatan dolar global dan arus keluar modal asing dari pasar negara berkembang, termasuk Indonesia.
Menurut Ekonom UOB Kayhian, Surya Wijaksana, tekanan terhadap rupiah semakin dalam akibat derasnya capital outflow di tengah kondisi pasar keuangan domestik yang belum kondusif. Kombinasi pelemahan kurs, volatilitas global, dan aksi jual asing membuat pasar saham Indonesia tertekan dan berbalik arah setelah reli ke rekor tertinggi.