[Medan | 5 Maret 2024] PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan dan perdagangan batu bara, jasa kontraktor, infrastruktur, logistik, hingga pembangkit tenaga listrik ini mengalami penurunan laba bersih sebesar 34,16% dari US$ 2,49 miliar menjadi US$ 1,64 miliar sepanjang tahun 2023.
Pencapaian ini dipengaruhi oleh penurunan pendapatan bersih sebesar 19,56% year-on-year (YoY) dari US$8,10 miliar menjadi US$6,51 miliar atau sekitar Rp100,62 triliun. Penjualan batu bara, baik untuk ekspor maupun domestik, juga mengalami penurunan menjadi US$5,2 miliar (turun 23,94% YoY) dan US$825,36 juta (turun 5,81% YoY).
Selain itu, beban pokok pendapatan ADRO juga tercatat naik 15,39% menjadi US$ 3,98 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2022 yang hanya sebesar US$ 3,44 miliar. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh biaya royalti kepada pemerintah yang meningkat 19,18% menjadi US$ 1,46 miliar dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang hanya US$ 1,23 miliar. Beban pengangkutan dan bongkar muat juga mengalami kenaikan sebesar 17,99% menjadi US$ 1,32 miliar.
Adapun total aset ADRO per akhir Desember 2023 turun 2,87% menjadi US$ 10,47 miliar dari US$ 10,78 miliar pada akhir tahun 2022. Total liabilitas juga mengalami penurunan sebesar 27,99% menjadi US$ 3,06 miliar dari US$ 4,25 miliar pada akhir Desember 2022. Sementara itu, ekuitas perusahaan meningkat 13,5% menjadi US$7,40 miliar dibandingkan dengan US$ 6,52 miliar pada akhir 2022 karena adanya peningkatan pada saldo laba belum dicadangkan.
Sebagai informasi, ADRO pada tahun ini menargetkan volume penjualan batu bara sebanyak 65-67 juta ton, mencerminkan kisaran -2% hingga +2% (YoY), dengan target volume penjualan batu bara termal yang stabil. Perusahaan tampaknya mengharapkan pertumbuhan volume yang didorong oleh batu bara kokas ADMR, dengan target produksi ADMR sebesar 5,4-5,9 juta ton, meningkat 10-31% (YoY).