[Medan | 9 Agustus 2024] Sejumlah saham emiten properti terpantau menguat pada perdagangan hari Kamis (8/8/2024). Adapun saham PT Summarecon Agung Tbk (SMRA) meningkat signifikan sebesar 3,42%, saham PT Sentul City Tbk (BKSL) juga naik 2,33%, dan saham PT Ciputra Development Tbk (CTRA) melonjak 3,17%.
Sementara itu, saham PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE) naik 2,84%, PT Agung Podomoro Land Tbk (APLN) melesat 3,06%, saham PT Alam Sutera Realty Tbk (ASRI) naik 3,03%, saham PT Lippo Karawaci Tbk (LPKR) melonjak 7,69% dan PT Pakuwon Jati Tbk (PWON) meningkat sebesar 3,17%.
Kenaikan saham sektor properti ini didorong oleh potensi penurunan suku bunga The Fed pada September 2024 yang semakin kuat. Amerika Serikat melaporkan bahwa tingkat pengangguran meningkat menjadi 4,3% pada Juli 2024 dari 4,1% pada Juni 2024, yang merupakan tingkat tertinggi sejak Oktober 2021 dan jauh di atas perkiraan pasar sebesar 4,1%.
Selain itu, penambahan pekerja pada non-farm payrolls hanya mencapai 114.000 pada Juli 2024, jauh di bawah angka Juni yang tercatat 179.000 dan perkiraan pasar sebesar 175.000. Klaim pengangguran juga naik signifikan menjadi 249.000 pada pekan yang berakhir 27 Juli 2024, melebihi ekspektasi sebesar 236.000. Angka ini juga jauh di atas klaim pada pekan sebelumnya sebesar 235.000.
Indeks PMI Manufaktur S&P Global AS berada di angka 49,6 pada Juli 2024, level terendah sepanjang tahun ini, menunjukkan penurunan kondisi bisnis di sektor manufaktur AS. Hal ini meningkatkan kekhawatiran pelaku pasar akan ancaman resesi di AS dan kemungkinan terjadinya hard landing karena bank sentral AS dinilai lambat dalam melakukan quantitative easing seperti saat pandemi Covid-19 lalu.
Pelemahan data ekonomi AS meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga beberapa kali tahun ini, mengikuti langkah bank sentral lainnya yang sudah mulai menurunkan suku bunga acuannya. Goldman Sachs memperkirakan The Fed akan menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan mendatang, dengan syarat pertumbuhan lapangan kerja meningkat. Jika data ketenagakerjaan masih lemah, penurunan sebesar 50 basis poin bisa terjadi pada bulan September.