[Medan | 21 Maret 2025] Akibat penurunan tajam Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) hingga 6% yang menyebabkan penghentian sementara perdagangan (trading halt), Presiden Prabowo Subianto berencana mengadakan pertemuan dengan sejumlah investor pasar modal dalam waktu dekat.
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan mengonfirmasi bahwa pertemuan tersebut sedang diatur oleh Sekretaris Kabinet (Seskab) Teddy Indra Wijaya, meskipun lokasi pastinya, apakah di Istana Kepresidenan atau tempat lain, belum dipastikan.
Sejak pemerintahan Prabowo-Gibran dimulai pada Oktober 2024, IHSG terus mengalami tren bearish dengan koreksi mencapai 18%. Para analis menilai bahwa kebijakan ekonomi yang diterapkan dan ketidakpastian sikap pemerintah masih menjadi faktor utama yang membuat investor ragu.
Bahkan, Presiden Prabowo sendiri pernah menyatakan bahwa masyarakat kecil yang berinvestasi di saham seperti sedang berjudi, di mana keuntungan justru lebih banyak diperoleh oleh pemodal besar. Pernyataan ini ia sampaikan dalam acara Sidang Tanwir dan Milad ke-112 Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Kupang pada 4 Desember 2024.
Penurunan tajam IHSG sendiri bukan hanya sekadar penurunan angka di pasar saham, tetapi memiliki dampak luas terhadap ekonomi Indonesia. Ketika IHSG anjlok tajam, kepercayaan investor terhadap pasar modal dan ekonomi secara keseluruhan mulai goyah. Investor, baik domestik maupun asing, akan merasa cemas terhadap prospek bisnis dan stabilitas ekonomi ke depan.
Akibatnya, mereka cenderung menarik investasinya dari pasar saham dan mengalihkan dana ke aset yang lebih aman, seperti obligasi pemerintah atau bahkan pasar luar negeri. Arus modal keluar ini (capital outflow) bisa memperlemah nilai tukar Rupiah karena meningkatnya permintaan terhadap mata uang asing. Jika Rupiah melemah tajam, biaya impor akan meningkat, yang pada akhirnya bisa memicu inflasi dan menekan daya beli masyarakat.
Selain itu, kejatuhan IHSG dapat berdampak langsung pada sektor korporasi. Perusahaan yang tercatat di bursa saham seringkali mengandalkan pasar modal untuk mendapatkan pendanaan melalui penerbitan saham baru. Jika harga saham jatuh, kepercayaan investor terhadap perusahaan tersebut ikut tergerus, sehingga sulit bagi mereka untuk menghimpun dana tambahan.
Perusahaan yang mengalami tekanan di pasar modal mungkin akan menunda ekspansi, mengurangi belanja modal, atau bahkan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) untuk bertahan. Jika banyak perusahaan menghadapi tekanan keuangan, angka pengangguran bisa meningkat, yang pada gilirannya akan mengurangi konsumsi domestik sebagai salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Jika kondisi ini berlanjut dalam jangka waktu yang lama, ekonomi Indonesia bisa memasuki fase perlambatan yang serius. Berkurangnya investasi, melemahnya konsumsi masyarakat, dan peningkatan pengangguran dapat menurunkan pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB). Dalam skenario terburuk, hal ini bisa memicu resesi, di mana ekonomi mengalami kontraksi dalam beberapa kuartal berturut-turut.