[Medan | 30 Oktober 2025] Saham PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) anjlok tajam pada perdagangan Rabu (29/10/2025), setelah perusahaan menegaskan tidak terlibat dalam proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) yang tengah disiapkan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara).
Menurut data Bursa Efek Indonesia (BEI), hingga pukul 10.40 WIB, saham TOBA merosot 15% ke Rp850 per saham, menyentuh batas auto rejection bawah (ARB) dengan nilai transaksi mencapai Rp384,93 miliar. Perseroan juga memastikan tidak berpartisipasi dalam penerbitan Patriot Bonds senilai Rp50 triliun, yang digunakan untuk membiayai proyek tersebut.
Direktur TOBA, Juli Oktarina, menjelaskan bahwa proyek PLTSa Danantara belum menjadi fokus utama perusahaan. “Kami masih memprioritaskan pengembangan proyek energi yang telah berjalan di berbagai wilayah,” ujarnya, Selasa (28/10).
Sementara itu, Danantara berencana membuka lelang proyek PLTSa pada awal November 2025, sebagai tindak lanjut Perpres Nomor 109 Tahun 2025 yang diteken Presiden Prabowo Subianto pada 10 Oktober lalu.
Dari sisi kinerja, TOBA mencatat penurunan pendapatan 14,4% yoy menjadi US$288,2 juta pada periode 9 bulan pertama 2025 (9M25), seiring turunnya harga dan volume penjualan batu bara global. Di sisi lain, beban pokok penjualan naik 3% yoy menjadi US$266,1 juta, membuat margin laba kotor tertekan.
Alhasil, laba kotor TOBA anjlok 71,9% yoy menjadi US$22 juta, sementara beban SG&A meningkat 37,1% yoy menjadi US$46,3 juta. Emiten akhirnya membukukan rugi operasi US$11,3 juta, berbalik dari laba US$92,6 juta pada 9M24.
Tekanan semakin besar akibat rugi divestasi anak usaha senilai US$96,9 juta, membuat laba bersih berbalik negatif menjadi US$127,9 juta, dari laba US$54,4 juta di periode sama tahun lalu.
Menurut analisis Kiwoom Sekuritas, kerugian TOBA sebagian bersifat non-recurring, namun juga mencerminkan fase transisi korporasi menuju bisnis energi baru terbarukan (EBT) dan kendaraan listrik.
“Fokus ke depan perlu diarahkan pada pemulihan profitabilitas inti dan penguatan struktur keuangan agar transisi menuju energi berkelanjutan dapat berjalan tanpa mengorbankan stabilitas jangka pendek,” tulis Kiwoom dalam risetnya.
Secara teknikal, Kiwoom menilai saham TOBA telah mencapai area jenuh jual (oversold) di level support Rp850, dengan potensi rebound menuju Rp1.000–1.200.

