[Medan | 19 Desember 2025] Lonjakan saham RRP Semiconductor Ltd. di India lebih dari 55.000% dalam 20 bulan menjadi fenomena ekstrem yang menyoroti risiko euforia berlebihan di sektor kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI). Reli tersebut terjadi meskipun perusahaan mencatat kinerja keuangan negatif, jumlah karyawan yang sangat terbatas, serta eksposur bisnis semikonduktor yang masih minim, sehingga lebih mencerminkan dorongan sentimen dan spekulasi dibandingkan fundamental.
Kasus RRP memperlihatkan bagaimana narasi AI dapat dengan cepat mendorong valuasi saham ke level yang sulit dijustifikasi, terutama di pasar dengan keterbatasan pilihan saham teknologi murni. Kombinasi free float yang kecil, dominasi investor ritel, serta amplifikasi melalui media sosial menciptakan kenaikan harga yang nyaris satu arah, hingga akhirnya menarik perhatian regulator pasar modal India.
Fenomena ini relevan bagi pasar global, termasuk Amerika Serikat, yang saat ini juga berada dalam fase optimisme tinggi terhadap AI. Saham-saham teknologi besar seperti Oracle (ORCL), Nvidia, dan Microsoft menjadi penerima utama aliran dana karena eksposur mereka terhadap cloud computing dan infrastruktur AI. Namun, perbedaannya, perusahaan-perusahaan tersebut memiliki model bisnis matang, pendapatan berulang, serta arus kas yang kuat, sehingga reli harga saham masih ditopang fundamental.
Meski demikian, lonjakan ekstrem seperti yang terjadi pada RRP menjadi pengingat bahwa tema AI sebagai tren struktural jangka panjang tidak selalu sejalan dengan pergerakan harga saham jangka pendek. Bahkan pada saham AI berfundamental kuat seperti Oracle, ekspektasi pertumbuhan yang terlalu agresif berisiko memicu koreksi apabila realisasi pendapatan dan margin tidak bergerak secepat proyeksi pasar.
Bagi investor, pelajaran utama dari kasus ini adalah pentingnya membedakan antara AI sebagai cerita pertumbuhan nyata dan AI sebagai narasi spekulatif. Di tengah kuatnya minat global terhadap AI, disiplin pada valuasi, kualitas pendapatan, dan keberlanjutan model bisnis menjadi kunci untuk menghindari jebakan euforia yang berujung pada pembalikan tajam.

