IkutinIkutinIkutin
  • Ekonomi
  • Tren
  • Teknologi
  • Newsletter
  • Data Pasar
  • Lowongan
  • Kontak
IkutinIkutin
  • Ekonomi
  • Tren
  • Teknologi
  • Newsletter
  • Data Pasar
  • Lowongan
  • Kontak
Jelajah
  • Ekonomi
  • Tren
  • Teknologi
  • Newsletter
  • Data Pasar
  • Lowongan
  • Kontak
Follow US
2024 ©️ Fawz Finansial Indonesia. All Rights Reserved.
Ekonomi

Data Inflasi AS Melambat di November, IHSG Siap Menguat?

By Aurelia Tanu 8 hours ago Ekonomi
Image source: AP/ thewallstreetexperience.com
SHARE

[Medan | 19 Desember 2025] Inflasi Amerika Serikat (AS) melambat lebih dalam dari perkiraan pada November, memperkuat narasi disinflasi dan membuka kembali ruang pelonggaran kebijakan moneter The Fed. Data Consumer Price Index (CPI) utama tercatat naik 2,7% secara tahunan (year on year), jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 3,1%. Sementara itu, inflasi inti (core CPI) juga turun ke level 2,6% yoy, meleset dari proyeksi 3,0%.

Perlambatan inflasi yang lebih cepat ini mengindikasikan tekanan harga kian mereda menjelang akhir 2025, sekaligus melemahkan argumen The Fed untuk mempertahankan kebijakan suku bunga ketat lebih lama. Meski peluang pemangkasan suku bunga pada Januari 2026 masih relatif kecil, pasar mulai kembali mengantisipasi pelonggaran kebijakan pada paruh pertama hingga pertengahan 2026.

Respons pasar global cenderung positif. Imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun turun sekitar 3 basis poin ke kisaran 4,12%, sementara indeks saham AS menguat, dengan S&P 500 naik 0,8% dan Nasdaq 100 melonjak 1,5%, didorong pemulihan saham teknologi. Pelemahan yield dan dolar AS menjadi katalis penting bagi aset berisiko di kawasan emerging market.

Di Asia, bursa saham diperkirakan bergerak menguat seiring membaiknya sentimen global. Kontrak berjangka indeks Jepang, Australia, dan Hong Kong tercatat naik tipis pada awal perdagangan, mengikuti penguatan Wall Street.

Dampak ke IHSG

Bagi pasar domestik, data inflasi AS yang lebih jinak berpotensi menjadi sentimen positif bagi IHSG dalam jangka pendek. Turunnya tekanan yield global dapat mendorong kembali aliran dana asing ke pasar saham dan obligasi Indonesia, terutama pada saham-saham berkapitalisasi besar yang sensitif terhadap arus modal asing.

Sektor perbankan, konsumsi, dan saham-saham berbasis domestik berpeluang diuntungkan dari membaiknya risk appetite, sementara sektor teknologi dan growth stocks dapat ikut terdorong seiring meredanya tekanan suku bunga global. Namun demikian, pergerakan IHSG masih akan dipengaruhi oleh kehati-hatian pasar menjelang akhir tahun serta menanti kepastian arah kebijakan The Fed pada awal 2026.

Secara keseluruhan, selama tidak muncul kembali kejutan inflasi atau eskalasi risiko geopolitik yang signifikan, IHSG berpeluang melanjutkan penguatan secara bertahap dengan volatilitas yang tetap terjaga.

 

You Might Also Like

Siapa The Next Ketua Fed di 2026?

Ada Satu Saham AI Naik 55.000% di India, Sinyal Bubble?

Harga Minyak Naik 1% Usai Trump Blokade Venezuela

Ini 6 Proyek Hilirisasi Danantara Groundbreaking Januari 2026

Kekhawatiran Sektor Teknologi AS Menguat, Bursa Asia Bisa Ikutan Melemah?

TAGGED: bursa asia, data inflasi AS, IHSG, inflasi AS
Aurelia Tanu December 19, 2025 December 19, 2025
Previous Article Harga Minyak Naik 1% Usai Trump Blokade Venezuela
Next Article Usai Spin Off, TLKM Beri Sinyal IPO Infranexia
Leave a comment

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

IkutinIkutin
Komplek CitraLand Gama City, Madison Avenue, Blok R6 No. 90, Deli Serdang, Sumatera Utara, Indonesia
adbanner
AdBlocker Terdeteksi
Kami dengan hormat meminta Anda mempertimbangkan untuk memasukkan situs web kami ke dalam daftar putih AdBlocker, karena situs tersebut beroperasi dengan dukungan iklan. Keputusan Anda untuk memasukkan situs kami ke dalam daftar putih akan memberikan kontribusi besar dalam mempertahankan operasinya.
Okay, I'll Whitelist
Welcome Back!

Sign in to your account

Lost your password?