[Medan | 19 Desember 2025] Inflasi Amerika Serikat (AS) melambat lebih dalam dari perkiraan pada November, memperkuat narasi disinflasi dan membuka kembali ruang pelonggaran kebijakan moneter The Fed. Data Consumer Price Index (CPI) utama tercatat naik 2,7% secara tahunan (year on year), jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 3,1%. Sementara itu, inflasi inti (core CPI) juga turun ke level 2,6% yoy, meleset dari proyeksi 3,0%.
Perlambatan inflasi yang lebih cepat ini mengindikasikan tekanan harga kian mereda menjelang akhir 2025, sekaligus melemahkan argumen The Fed untuk mempertahankan kebijakan suku bunga ketat lebih lama. Meski peluang pemangkasan suku bunga pada Januari 2026 masih relatif kecil, pasar mulai kembali mengantisipasi pelonggaran kebijakan pada paruh pertama hingga pertengahan 2026.
Respons pasar global cenderung positif. Imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun turun sekitar 3 basis poin ke kisaran 4,12%, sementara indeks saham AS menguat, dengan S&P 500 naik 0,8% dan Nasdaq 100 melonjak 1,5%, didorong pemulihan saham teknologi. Pelemahan yield dan dolar AS menjadi katalis penting bagi aset berisiko di kawasan emerging market.
Di Asia, bursa saham diperkirakan bergerak menguat seiring membaiknya sentimen global. Kontrak berjangka indeks Jepang, Australia, dan Hong Kong tercatat naik tipis pada awal perdagangan, mengikuti penguatan Wall Street.
Dampak ke IHSG
Bagi pasar domestik, data inflasi AS yang lebih jinak berpotensi menjadi sentimen positif bagi IHSG dalam jangka pendek. Turunnya tekanan yield global dapat mendorong kembali aliran dana asing ke pasar saham dan obligasi Indonesia, terutama pada saham-saham berkapitalisasi besar yang sensitif terhadap arus modal asing.
Sektor perbankan, konsumsi, dan saham-saham berbasis domestik berpeluang diuntungkan dari membaiknya risk appetite, sementara sektor teknologi dan growth stocks dapat ikut terdorong seiring meredanya tekanan suku bunga global. Namun demikian, pergerakan IHSG masih akan dipengaruhi oleh kehati-hatian pasar menjelang akhir tahun serta menanti kepastian arah kebijakan The Fed pada awal 2026.
Secara keseluruhan, selama tidak muncul kembali kejutan inflasi atau eskalasi risiko geopolitik yang signifikan, IHSG berpeluang melanjutkan penguatan secara bertahap dengan volatilitas yang tetap terjaga.

