[Medan | 18 Desember 2025] Harga minyak dunia ditutup menguat lebih dari 1% setelah Presiden Amerika Serikat Donald Trump memerintahkan blokade terhadap kapal tanker minyak yang dikenai sanksi dan keluar-masuk Venezuela. Kebijakan tersebut meningkatkan premi risiko geopolitik dan menahan kekhawatiran pasar atas potensi surplus pasokan global.
Pada perdagangan Rabu (17/12/2025), minyak mentah Brent kontrak Februari 2026 naik 1,3% ke level US$59,68 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) kontrak Januari 2026 menguat 1,2% ke US$55,94 per barel.
Kenaikan harga minyak terjadi setelah pasar sebelumnya tertekan hingga mendekati level terendah lima tahun, seiring harapan meredanya konflik Rusia–Ukraina yang berpotensi membuka kembali pasokan minyak Rusia ke pasar global.
Trump menyatakan AS akan memblokade seluruh kapal tanker minyak bersanksi yang beroperasi di Venezuela dan menyebut pemerintahan Nicolas Maduro sebagai organisasi teroris asing. Meski demikian, pasar masih mencermati efektivitas kebijakan tersebut, mengingat belum jelas skala penegakan blokade dan jumlah kapal yang terdampak.
Sejumlah analis menilai dampak kebijakan ini terhadap keseimbangan pasokan global cenderung terbatas dan lebih bersifat jangka pendek. China, sebagai pembeli utama minyak Venezuela, hanya menyumbang sekitar 1% dari total pasokan minyak global, sementara sebagian ekspor Venezuela masih mengalir melalui jalur lain yang belum terkena sanksi.
Di sisi lain, kenaikan harga minyak tertahan oleh data persediaan AS. Meski stok minyak mentah turun 1,3 juta barel pekan lalu, persediaan bensin dan distilat justru meningkat jauh di atas ekspektasi pasar, mencerminkan permintaan hilir yang masih lemah.
Kombinasi risiko geopolitik dan lemahnya permintaan ini membuat pergerakan harga minyak cenderung volatil, dengan pasar masih menimbang apakah lonjakan saat ini dapat berlanjut atau hanya bersifat teknikal dan sementara.

