[Medan | 15 Januari 2024] Berdasarkan data Departemen Tenaga Kerja AS yang dirilis pada hari Kamis (11/1/2024), indeks harga konsumen (IHK) naik 3,4% secara year-on-year (yoy) pada Desember 2023, lebih tinggi dari kenaikan 3,1% pada November 2023. Dibandingkan bulan November (month-to-month/mtm), inflasi AS mencapai 0,3%, naik dari level 0,1% pada November 2023.
Sementara itu, inflasi inti yang tidak termasuk komponen makanan dan energi naik 0,3% mtm, sama dari bulan sebelumnya dan sesuai dengan proyeksi ekonom. Adapun inflasi inti mencapai 3,9% yoy, turun dari 4,0% yoy pada November namun di atas proyeksi ekonom sebesar 3,8%. Inflasi AS yang meningkat ini pun menurunkan ekspektasi pasar bahwa Bank Sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) akan segera menurunkan suku bunga.
Meskipun begitu, inflasi secara keseluruhan selama 2023 menunjukkan tren penurunan tanpa berdampak signifikan pada pasar tenaga kerja, sehingga masih membuka peluang bagi The Fed untuk menurunkan suku bunga tahun ini. Proyeksi ekonomi terbaru dari para pejaat The Fed menunjukkan bahwa mereka memperkirakan penurunan suku bunga sebanyak tiga kali pada 2024. Namun, para pengambil kebijakan masih menolak spekulasi pasar bahwa penurunan suku bunga pertama dapat dilakukan pada Maret.
Sementara di dalam negeri, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memproyeksikan bahwa penurunan suku bunga Bank Indonesia (BI) baru akan terjadi pada semester II-2024 mendatang. Menurutnya, keputusan untuk menurunkan suku bunga acuan tahun depan akan dilakukan dengan sangat hati-hati mengingat tingkat ketidakpastian yang masih tinggi.