[Medan | 6 Agustus 2024] Saat pasar saham terpukul oleh aksi jual investor yang khawatir akan resesi ekonomi Amerika Serikat (AS), surat utang negara semakin banyak diminati pada awal perdagangan pekan ini. Hampir semua tenor Surat Berharga Negara (SBN) mengalami kenaikan harga yang cukup tajam.
Surat utang RI menarik minat besar dari para investor yang beralih dari aset-aset berisiko, seiring dengan meningkatnya kekhawatiran akan resesi di Amerika Serikat. Harga emas juga melonjak saat investor menjual saham di hampir seluruh kawasan Asia. Sementara itu, dolar AS kehilangan pamornya dengan indeks dolar AS di pasar Asia semakin melemah ke 102,96.
Menurut data realtime Bloomberg, penurunan imbal hasil terbesar dicatat oleh SBN-5Y yang turun 7,6 basis poin (bps) menjadi 6,625%, diikuti oleh tenor 10Y yang turun 6,2 bps menjadi 6,783%. Sementara tenor pendek 2Y turun 3,2 bps ke 6,592%. Penurunan imbal hasil ini mengindikasikan kenaikan harga akibat aksi beli investor. Ketika surat utang banyak diminati, investor menawar yield di level lebih rendah. Oleh karena itu, pergerakan harga obligasi selalu berlawanan arah dengan imbal hasilnya.
Lonjakan harga obligasi negara pada hari Senin ini dipicu oleh sentimen global yang sudah berlangsung sejak Jumat lalu di pasar negara maju. Tingkat pengangguran AS menyentuh 4,3% pada Juli, melampaui ekspektasi dan naik dibanding posisi Juni yang sebesar 4,1%. Ketersediaan lapangan kerja juga menurun, terlihat dari angka nonfarm payrolls yang hanya mencapai 114.000. Pasar pun memperkirakan bunga acuan The Fed tahun ini kemungkinan akan dipangkas antara 100-150 bps dengan probabilitas penurunan pertama sebesar 50 bps pada September nanti.
Sentimen ini memicu serbuan investor ke pasar surat utang, di mana yield US Treasury tenor 2Y turun sampai 26,8 bps menjadi 3,88%, diikuti oleh tenor 10Y yang turun 18,6 bps menjadi 3,79%. Obligasi negara maju lain seperti Jepang dan Jerman juga mengalami reli harga. Tidak heran bila gelombang beli surat utang ini juga merambah ke pasar domestik hari ini.
Pemodal asing sudah mulai belanja sejak pekan lalu. Berdasarkan data Bank Indonesia, selama periode transaksi pekan lalu 29 Juli-1 Agustus, asing mencatatkan net buy sebesar Rp10,27 triliun di pasar domestik, terdiri dari beli neto Rp5,77 triliun di pasar Surat Berharga Negara (SBN), beli neto Rp2,19 triliun di Sekuritas Rupiah BI (SRBI), dan beli neto Rp2,31 triliun di saham.
Hasilnya, selama tahun 2024, berdasarkan data setelmen sampai 1 Agustus, posisi net sell asing di SBN semakin kecil menjadi Rp28,04 triliun. Sementara posisi di pasar saham sebesar Rp2,20 triliun net sell dan di SRBI sebesar Rp173,32 triliun net buy. Selama semester II-2024 saja hingga tanggal yang sama, nonresiden tercatat beli neto di SRBI sebesar Rp42,97 triliun dan beli neto di pasar SBN sebesar Rp5,92 triliun, serta jual neto di saham sebesar Rp2,54 triliun.