[Medan | 6 Agustus 2024] Pasar keuangan di Asia dan dunia mengalami penurunan pada hari Senin (5/8/2024), akibat meningkatnya kekhawatiran bahwa Amerika Serikat (AS) akan mengalami resesi ekonomi, karena data ekonomi AS yang semakin memburuk.
Sebagai informasi, AS pada hari Jumat lalu (2/8/2024) mengumumkan bahwa tingkat pengangguran meningkat menjadi 4,3% pada Juli 2024 dari 4,1% pada Juni 2024. Ini merupakan tingkat pengangguran tertinggi sejak Oktober 2021 dan jauh di atas perkiraan pasar sebesar 4,1%. Selain itu, penambahan pekerja pada non-farm payrolls hanya mencapai 114.000 pada Juli 2024, jauh di bawah angka Juni yang tercatat 179.000 dan perkiraan pasar sebesar 175.000.
Klaim pengangguran juga naik signifikan menjadi 249.000 pada pekan yang berakhir 27 Juli 2024, melebihi ekspektasi yang hanya memperkirakan kenaikan 1.000 klaim menjadi 236.000. Angka ini juga jauh di atas klaim pada pekan sebelumnya sebesar 235.000. Di sisi lain, indeks PMI Manufaktur S&P Global AS berada di angka 49,6 pada Juli 2024, yang merupakan level terendah sepanjang tahun ini, menunjukkan penurunan kondisi bisnis di sektor manufaktur AS.
Data dari Michigan University juga menunjukkan bahwa sentimen kepercayaan konsumen AS turun ke 666,4 pada Juli, terendah dalam delapan bulan terakhir. Melemahnya indeks kepercayaan konsumen ini mengindikasikan kemungkinan penurunan konsumsi di masa depan. Peningkatan pengangguran dan rendahnya non-farm payrolls menunjukkan bahwa pasar tenaga kerja AS telah mendingin dan terdampak oleh suku bunga tinggi.
Pelaku pasar optimis bahwa kondisi tenaga kerja pada Juli akan memberi ruang bagi pemangkasan suku bunga oleh bank sentral The Federal Reserve (The Fed). Namun, pemangkasan suku bunga menjadi lebih mendesak karena adanya ancaman resesi di AS. The Fed kembali mempertahankan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% pada Rabu (31/7/2024) dan memberikan sinyal kuat untuk memangkas suku bunga pada pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) pada September mendatang.
Beberapa ekonom mulai memberikan peringatan tentang potensi resesi di AS. Ekonom dari Goldman Sachs Group meningkatkan kemungkinan resesi AS tahun depan menjadi 25% dari sebelumnya 15%. Kekhawatiran terhadap resesi di AS ini memicu resesi global, mengingat ukuran ekonomi Amerika yang besar dan dominan di lanskap dunia, yang menyebabkan aksi jual besar-besaran di pasar saham.