[Medan | 8 Januari 2025] Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2024 mencatat defisit sebesar Rp507,8 triliun, yang setara dengan 2,29% dari produk domestik bruto (PDB). Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bahwa angka defisit ini telah sesuai dengan desain awal pemerintah untuk APBN 2024, yang direncanakan mencapai 2,29% dari PDB. Defisit ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2023, yang hanya sebesar Rp347,6 triliun atau 1,65% dari PDB.
Pemerintah sempat memperkirakan bahwa defisit APBN 2024 berpotensi melebar hingga 2,7% akibat tekanan berat pada semester I/2024. Faktor seperti dampak El Niño terhadap harga pangan, tingginya harga minyak, dan perlambatan ekonomi di China memengaruhi kondisi ekonomi Indonesia.
Namun, dengan meredanya harga minyak, kenaikan harga komoditas seperti batu bara dan minyak sawit mentah (CPO), serta stimulus fiskal dan moneter dari China, prospek ekonomi membaik. Hal ini memungkinkan defisit APBN tetap sesuai dengan target awal.
Dari sisi pendapatan negara, Sri Mulyani mengungkapkan bahwa sepanjang Januari hingga Desember 2024, total pendapatan mencapai Rp2.842,5 triliun, atau 101,4% dari target yang ditetapkan. Angka ini menunjukkan kenaikan sebesar 2,1% dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu, belanja negara tercatat sebesar Rp3.350,3 triliun, atau 100,8% dari alokasi yang dianggarkan. Realisasi belanja ini naik 7,3% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.