[Medan | 17 Oktober 2024] Mata uang rupiah ditutup menguat di level Rp15.510 per dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan Rabu (16/10/2024), setelah Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuan di 6%.
Penguatan rupiah sebesar 0,51% dibanding penutupan sebelumnya di Rp15.589 menjadikannya mata uang dengan kenaikan terbesar di Asia. Malaysia ringgit menyusul dengan kenaikan 0,34%, disusul won Korea Selatan yang menguat 0,26%, dan peso Filipina yang naik 0,11%. Yuan China menguat 0,02%, sementara dolar Singapura naik tipis 0,008%. Dolar Taiwan naik 0,006% dan baht Thailand menguat 0,003%. Di sisi lain, yen Jepang melemah paling dalam, turun 0,15%, diikuti dolar Hongkong yang melemah 0,03% dan rupee India yang turun tipis 0,02%.
Penguatan rupiah terjadi di tengah keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuannya di level 6% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 15 – 16 Oktober 2024. Selain menahan suku bunga acuan, BI juga menahan suku bunga deposit facility di level 5,25% dan suku bunga lending facility di level 6,75%.
Adapun salah satu alasan utama BI menahan suku bunga acuannya adalah volatilitas nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, yang cenderung melemah. Selama pekan terakhir, rupiah mengalami tekanan setelah sebelumnya menguat di level Rp 15.100 pada awal Oktober 2024. Pelemahan rupiah sejalan dengan adanya arus modal asing keluar, yang tercatat sebesar Rp 2,84 triliun pada periode 7-10 Oktober 2024, menurut data BI.