[Medan | 7 Juli 2025] Thailand menawarkan konsesi dagang tambahan kepada Amerika Serikat dalam upaya mencegah penerapan tarif berat hingga 36 % terhadap ekspornya.
Menteri Keuangan Thailand, Pichai Chunhavajira, mengatakan dalam wawancara dengan Bloomberg News bahwa pihaknya akan meningkatkan volume perdagangan bilateral, sekaligus menurunkan surplus perdagangan AS–Thailand sebesar US$ 46 miliar itu sebesar 70 % dalam lima tahun, dengan target mencapai neraca seimbang dalam tujuh hingga delapan tahun.
Usulan revisi ini dipersiapkan sebelum tenggat moratorium tarif mencair pada 9 Juli, yang sebelumnya menetapkan tarif dasar sebesar 10 % untuk sebagian besar negara, dan diharapkan dapat menghasilkan tarif antara 10–20%, dengan angka optimal di kisaran 10%. Perubahan ini dianggap krusial agar negosiasi berhasil sebelum tenggat waktu berakhir.
Negosiasi Thailand muncul bersamaan dengan upaya Pemerintah AS yang, sebagaimana diungkap Scott Bessent, tengah mendekati penyelesaian kesepakatan dagang dengan beberapa mitra sebelum 9 Juli, saat tarif tinggi akan berlaku kembali. Selain itu, Thailand sendiri juga sedang menjajaki peningkatan impor produk-produk AS, termasuk barang pertanian, industri, dan pesawat Boeing, sebagai bagian dari paket konsesi yang dipertimbangkan.
Langkah diplomatik ini menyusul pertemuan awal Juni, ketika Thailand sudah menyampaikan usulan formal untuk mendorong negosiasi teknis daring, dengan komitmen untuk mengurangi hambatan tarif, memperkuat aturan anti-transshipment, serta mendukung investasi Thailand yang menciptakan lapangan kerja di AS. Usulan ini dirancang untuk menjaga tarif tidak naik melebihi tarif yang diterapkan negara mitra utama lainnya.