[Medan | 27 Agustus 2024] Sinyal penurunan suku bunga Federal Reserve (The Fed) pada September 2024 diprediksi akan memberikan dampak positif bagi pasar keuangan Indonesia, terutama terkait penerbitan surat utang negara (SUN).
Meskipun tren suku bunga acuan global diperkirakan melemah, yield SUN yang ditawarkan oleh pemerintah Indonesia tetap diharapkan kompetitif. Dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2025, pemerintah menargetkan yield SUN tenor 10 tahun sebesar 7,1%, yang lebih tinggi dibandingkan target yield SUN dalam APBN 2024 sebesar 6,7%.
Menurut Myrdal Gunarto, staf Bidang Ekonomi, Industri, dan Global Markets dari Bank Maybank Indonesia, tren suku bunga yang rendah akan menarik minat investasi, termasuk dari investor asing. Dengan iklim suku bunga yang diprediksi menurun tahun depan, Indonesia dianggap memiliki daya tarik tersendiri di pasar global, mengingat suku bunga yang rendah secara global.
Kondisi ini dipercaya akan mendorong lebih banyak investor asing untuk berinvestasi di Indonesia, mengharapkan keuntungan meskipun ada ketidakpastian ekonomi yang tetap terjaga. Selain itu, Indonesia juga dinilai menawarkan imbal hasil yang relatif tinggi dibandingkan negara lain dan pasar negara maju, meski tren suku bunga sedang turun.
Myrdal memprediksi bahwa tren penurunan suku bunga ini akan berlangsung selama satu hingga dua tahun, tergantung pada kondisi inflasi. Potensi kenaikan imbal hasil SUN tenor 10 tahun pada tahun depan sejalan dengan rencana peningkatan penerbitan surat berharga negara (SBN), yang dalam RAPBN 2025 direncanakan sebesar Rp 642,56 triliun, lebih tinggi dibandingkan outlook APBN 2024 sebesar Rp 451,85 triliun. Meski demikian, Myrdal memperkirakan bahwa imbal hasil SBN 10 tahun di 2025 akan berada di level 6,32%, lebih rendah dari target pemerintah sebesar 7,1%.