Pada hari Jumat (21/7/2023), Bank sentral Rusia menaikkan suku bunga utamanya sebesar 100 basis poin (bps) menjadi 8,5%. Peningkatan ini pun diambil sebagai respons terhadap tekanan inflasi yang meningkat akibat rubel yang melemah, pasar tenaga kerja yang ketat, dan permintaan konsumen yang kuat.
Sebagai informasi, kenaikan ini merupakan kenaikan suku bunga pertama dalam lebih dari setahun, setelah bank sentral secara bertahap membalikkan kenaikan darurat 20% pada bulan Februari tahun lalu, yang diambil setelah Rusia terlibat dalam konflik militer dengan Ukraina.
Keputusan bank sentral ini pun mengejutkan para analis yang sebelumnya memperkirakan kenaikan suku bunga sebesar 50 basis poin. Menurut William Jackson, Kepala Ekonom Pasar Berkembang di Capital Economics, kenaikan suku bunga yang jauh lebih besar dari perkiraan mencerminkan kekhawatiran pembuat kebijakan tentang risiko inflasi. Menurutnya, bank sentral Rusia juga masih akan menaikkan suku bunga sebesar 100 basis poin lagi sebelum akhir tahun.
Selain itu, meskipun inflasi tahunan telah turun di bawah target bank sebesar 4% dalam beberapa bulan terakhir, yaitu mencapai 3,86%, kementerian ekonomi mengindikasikan bahwa inflasi kembali meningkat. Permintaan yang tinggi juga mendorong impor lebih tinggi, yang berdampak pada pelemahan rubel karena turunnya ekspor. Pemberontakan bersenjata yang gagal oleh kelompok tentara Wagner pada akhir Juni juga turut meningkatkan tekanan terhadap rubel dan situasi ekonomi secara keseluruhan.