Dalam kunjungannya ke Jerman pekan ini untuk menghadiri pameran Hannover Messe 2023, Presiden Joko Widodo berhasil mendapatkan kepastian investasi untuk hilirisasi bijih nikel menjadi baterai listrik dari tiga perusahaan Eropa, yaitu BASF, Eramet, dan Volkswagen melalui PowerCO. Adapun investasinya berkisar sekitar US$2,6 miliar atau setara dengan Rp38,34 triliun.
Dengan investasi ini, BASF bermaksud untuk membangun fasilitas prekursor dengan mitra Perancisnya, Eramet. Kedua perusahaan itu pun sudah berkomitmen untuk memulai investasi mereka pada akhir tahun ini. Selain itu, untuk menciptakan ekosistem baterai yang lengkap di Sulawesi Selatan, Volkswagen juga akan berinvestasi melalui PowerCo dalam kemitraan dengan PT Vale Indonesia (INCO), Ford Motor Co dari AS, dan Zhejiang Huayou Cobalt dari China.
Bersama Eramet dan Kalla Group, PowerCo juga akan melakukan investasi dengan portofolio lain untuk pertumbuhan ekosistem baterai listrik. Selain itu, PowerCo dan Merdeka Copper (MDKA) akan berkolaborasi untuk mengubah bijih nikel menjadi baterai listrik.
Komitmen investasi ketiga pengusaha Eropa ini pun merupakan wujud kesediaan pemerintah Indonesia untuk menyambut dan mendorong investasi yang meliputi hilirisasi sumber daya alam terpenting bangsa. Untuk mempercepat proses hilirisasi bijih nikel lokal menjadi baterai listrik, kementerian akan memastikan janji investasi ketiga pengusaha Eropa itu bisa dipenuhi akhir tahun ini.
Moeldoko, Kepala Staf Kepresidenan, sebelumnya menyatakan dua mitra konsorsium Indonesia Battery Corporation (IBC), Ningbo Contemporary Brunp Lygend Co., Ltd. (CBL) dan LG Energy Solution (LG), masih belum memutuskan apakah mempertahankan komitmen investasinya untuk produksi hilir bijih nikel menjadi baterai listrik di Indonesia.
Pernyataan itu disampaikan Moeldoko sesuai dengan pengesahan Inflation Reduction Act (IRA) yang dirilis pemerintah Amerika pada pertengahan tahun sebelumnya. Selain itu, diketahui bahwa konsorsium CBL dan PT Aneka Tambang Tbk. (Antam) sedang melakukan negosiasi mendalam agar konsorsium CBL mendapatkan hak pengelolaan eksklusif atas konsesi Antam di wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) Halmahera Timur, Maluku Utara.