Pada tahun 2022, ekonomi China hanya tumbuh 3% dari tahun sebelumnya, dimana angka ini meleset jauh dari target resmi sekitar 5,5%. Penurunan ini sebagian besar disebabkan oleh pandemi COVID-19, tekanan pasar properti, dan juga permintaan global yang melambat.
Sementara itu, data terbaru menunjukkan bahwa ekonomi China telah berangsur-angsur pulih dari guncangan pandemi pada kecepatan yang lebih baik dari perkiraan. Berdasarkan data tersebut, konsumsi dan jasa memimpin pemulihan China sepanjang tahun ini. Aktivitas manufaktur juga berkembang dengan laju tercepat dalam lebih dari satu dekade di bulan Februari.
Iris Pang, kepala ekonom Greater China di ING, mengatakan dalam sebuah catatan bahwa data optimis minggu ini memberi pemerintah alasan kuat untuk menetapkan target pertumbuhan tinggi 5,5% hingga 6%. Menurut Li, target pertumbuhan di atas 6% akan membantu meningkatkan semangat dan merangsang potensi pertumbuhan ekonomi China. Target tersebut juga merupakan upaya pemerintah untuk meningkatkan kepercayaan investor dan konsumen dan membangun pemulihan pasca-pandemi yang menjanjikan.
Pada 5 Maret, Perdana Menteri Li Keqiang akan menyampaikan laporan kerja pemerintah 2023, yang mencakup tujuan ekonomi utama dan prioritas kebijakan. Pemerintah juga akan mengungkap lebih banyak stimulus selama Kongres Rakyat Nasional bulan ini, untuk mengurangi dampak kelemahan pasar properti dan berkurangnya permintaan global untuk ekspornya. Selain itu, untuk memacu pertumbuhan, pemerintah juga diperkirakan akan memperlebar defisit anggaran tahunan menjadi sekitar 3% dari produk domestik bruto tahun ini dan menerbitkan obligasi khusus sekitar 4 triliun yuan untuk mendukung pengeluaran investasi.