Dolar AS jatuh pada hari Senin (6/3/2023), karena para investor mengantisipasi pidato Ketua Federal Reserve Jerome Powell dan mengantisipasi rilis data ketenagakerjaan Februari pada akhir minggu, yang kemungkinan akan mempengaruhi seberapa hawkish bank sentral AS nantinya.
Setelah memberikan kenaikan jumbo pada tahun lalu, The Fed telah menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin dalam dua pertemuan terakhirnya. Tetapi data ekonomi yang tangguh telah memicu kekhawatiran pasar bahwa bank sentral dapat melanjutkan pendekatan agresifnya.
Data ketenagakerjaan Februari, yang akan keluar pada hari Jumat, dan sidang Ketua Fed Jerome Powell di depan Kongres pada hari Selasa dan Rabu akan menjadi topik diskusi utama. Menurut Joseph Capurso dari Commonwealth Bank of Australia, terlepas dari tujuan inflasi Fed sebesar 2%, inflasi dasar di Amerika Serikat masih tetap tinggi secara persisten.
Selain itu, Capurso juga mengatakan bahwa data terbaru menunjukkan belanja konsumen tidak banyak melambat, sementara pasar tenaga kerja ketat, sehingga Powell diperkirakan akan kembali meningkatkan suku bunga. Mengingat Powell akan berbicara sebelum publikasi data pekerjaan, ahli strategi Citi mengantisipasi Powell untuk menyatakan preferensi untuk kenaikan 25 bps sambil membiarkan semua opsi lainnya terbuka. Menurut Citi, Fed dapat menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin jika terjadi kejutan positif yang signifikan.
Sementara itu, euro naik 0,07% menjadi $1,0641, setelah naik 0,8% minggu lalu, sementara sterling terakhir diperdagangkan pada $1,2029, turun 0,09%. Yen Jepang menguat 0,10% menjadi 135,74 per dolar, menjelang pertemuan kebijakan akhir pada hari Jumat untuk Gubernur Bank of Japan Haruhiko Kuroda.
Di sisi lain, yuan China melemah pada hari Senin, sehari setelah negara itu menetapkan target sederhana untuk pertumbuhan ekonomi 2023 sekitar 5%. Dolar Australia juga turun 0,21% menjadi $0,675, sedangkan kiwi terakhir di $0,621, turun 0,16%.