Pada hari Selasa (20/6/2023), China kembali melakukan pemangkasan suku bunga acuan, sebagai bagian dari inisiatif pemerintah untuk membantu pemulihan ekonomi yang melambat. Adapun, suku bunga kredit primer satu tahun (LPR) dikurangi sebesar 10 basis poin menjadi 3,55%. Sementara itu, LPR lima tahun dipangkas sebesar jumlah yang sama menjadi 4,20%.
Sebagai informasi, China pada hari Kamis lalu telah menurunkan tingkat fasilitas pinjaman jangka menengah (MLF), bunga pinjaman satu tahun kepada lembaga keuangan sebesar 10 basis poin menjadi 1,9%. Bank Sentral China juga akan menawarkan dana sebesar 237 miliar yuan atau sekitar Rp 497 triliun kepada bank melalui fasilitas pinjaman jangka menengah, dalam rangka mempertahankan likuiditas yang wajar dan cukup dalam sistem perbankan.
Menurut ahli strategi senior China di ANZ, Xing Zhaopeng, pemangkasan suku bunga lima tahun yang lebih kecil dari yang diharapkan menunjukkan bahwa pihak berwenang waspada dalam menggunakan pasar properti sebagai stimulus jangka pendek, yang dapat menciptakan risiko gelembung baru.
Selain itu, pemangkasan yang lebih kecil dari yang diharapkan pun membuat investor kecewa, dimana Indeks Properti China di Hang Seng (.HSMPI) menurun sebesar 3,61%, dan mata uang China melemah sebanyak 0,25%. Tak hanya itu, pasar saham Asia secara umum juga terlihat mengalami penurunan.