Pada hari Senin (27/2/2023), harga minyak melemah karena dolar yang lebih kuat menghambat pembelian meskipun kerugian dibatasi oleh kekhawatiran pasokan setelah Rusia menghentikan ekspor ke Polandia melalui jalur pipa utama. Harga minyak mentah berjangka Brent turun 51 sen, atau 0,6%, pada $82,65 per barel. Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS diperdagangkan pada $76,08, turun 24 sen atau 0,3%.
Dolar diperdagangkan mendekati level tertinggi tujuh minggu pada hari Senin (27/2/2023) setelah serangkaian data ekonomi AS yang kuat memperkuat pandangan bahwa Federal Reserve perlu menaikkan suku bunga lebih tinggi dan untuk periode yang lebih lama. Sebagai informasi, dolar yang kuat membuat harga komoditas dalam mata uang AS lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Kekhawatiran Fed yang hawkish juga kembali meningkat setelah data pada hari Jumat menunjukkan indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE) AS melonjak 0,6% bulan lalu setelah naik 0,2% pada bulan Desember. Sementara itu, sehari setelah Polandia mengklaim telah mentransfer tank Leopard pertamanya ke Ukraina, kilang Polandia PKN Orlen (PKN.WA) mengatakan pada hari Sabtu bahwa Rusia telah berhenti memasok minyak ke Polandia melalui pipa Druzhba.
Operator saluran pipa Rusia, Transneft, menyalahkan penghentian tersebut karena kurangnya dokumen lengkap untuk pasokan untuk paruh kedua Februari. Rusia juga mengumumkan rencana awal bulan ini untuk memotong ekspor minyak dari pelabuhan barat hingga 25% pada bulan Maret dibandingkan Februari, melebihi pemotongan produksi yang diperdebatkan sebelumnya sebesar 5%. Namun, sebagian besar analis percaya bahwa larangan Uni Eropa atas impor minyak lintas laut Rusia dan pembatasan harga global akan berdampak kecil pada pasokan minyak secara keseluruhan di dunia.