Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi untuk periode Januari 2023 sebesar 0,34% secara bulanan (month to month/mtm) dan tahunan 5,28% (year on year/yoy). Menurut kepala BPS Margo Yuwono, catatan inflasi Januari 2023 tersebut masih relatif lebih rendah jika dibandingkan inflasi Januari tahun sebelumnya 0,56%.
Inflasi ini juga sejalan dengan konsensus pasar yang dihimpun CNBC Indonesia dari 12 institusi. Konsensus pasar memperkirakan bahwa inflasi Januari 2023 akan menembus 0,44% dibandingkan bulan sebelumnya (month to month/mtm). Inflasi juga diperkirakan akan jauh lebih rendah dibandingkan inflasi pada bulan Desember 2022 yang tercatat sebesar 0,66%.
Margo menjelaskan bahwa inflasi Januari 2023 itu dipengaruhi oleh berbagai faktor, mulai dari bahan pangan seperti beras dan cabai merah, keputusan pemerintah menaikkan tarif cukai rokok 10%, penurunan harga BBM di 3 Januari lalu, hingga keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menaikkan suku bunga acuan.
Menurut Margo, setiap kenaikan cukai rokok pasti akan berdampak pada inflasi. Bahkan kenaikan cukai rokok akan berpengaruh pada bulan berikutnya. Meski begitu, ada juga faktor lainnya yang menahan laju seperti kebijakan penurunan harga bensin dan solar pada 3 Januari 2023. Selain itu, ada juga keputusan Bank Indonesia yang menaikkan suku bunga pada 19 januari 2023 lalu menjadi 5,75%.
Namun, pemerintah dan otoritas moneter masih perlu berupaya keras untuk mengembalikan inflasi ke kisaran sasarannya. Pemerintah harus memastikan kecukupan pasokan barang kebutuhan pokok, termasuk beras. Pasokan beras harus dijaga karena merupakan sumber pangan utama penduduk Indonesia. Apalagi, beras turut memberi andil pada inflasi IHK selama beberapa bulan terakhir.