Pada hari Selasa (28/3/2023), Amerika Serikat dan Jepang mengumumkan kesepakatan perdagangan pada mineral baterai kendaraan listrik. Kesepakatan ini dapat memungkinkan Jepang untuk memenuhi persyaratannya menjadi sumber subsidi kendaraan listrik baru di AS dan memutus rantai pasokan China.
Dalam kesepakatan tersebut, AS dan Jepang setuju untuk mengoordinasikan standar ketenagakerjaan di industri pertambangan dan tidak memungut pajak ekspor atas mineral utama yang mereka perdagangkan. Mereka juga sepakat untuk bertukar data tentang pemeriksaan investasi asing di industri pertambangan.
Kedua negara telah memiliki perjanjian perdagangan terbatas sejak 2019, dan kesepakatan dalam perdagangan mineral akan ditinjau setiap dua tahun untuk melihat apakah harus dilanjutkan atau diubah. Sementara itu, pemerintahan Joe Biden telah mulai mencari perjanjian perdagangan untuk mineral penting dengan sekutu dekatnya dalam upaya menyelesaikan dua tantangan, yaitu pembatasan subsidi lebih lanjut untuk kendaraan listrik serta hegemoni China saat ini atas pasokan mineral seperti litium dan grafit yang diperlukan untuk produksi kendaraan listrik.
Dengan subsidi tersebut, AS berusaha mendorong perusahaan untuk mengembangkan jaringan pemasok baru mineral penting di luar China karena hubungan AS dengan China yang semakin renggang. AS juga khawatir apabila negaranya kerap bergantung pada China dalam memasok bahan-bahan penting untuk teknologi energi bersih. AS menilai bahwa selain China yang kini mendominasi kedua bidang tersebut, Jepang juga bisa mengolah dan memurnikan mineral yang signifikan.