Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir memaparkan bahwa laba konsolidasi BUMN tumbuh signifikan. Erick Thohir mengatakan bahwa laba BUMN berhasil menembus Rp 303,7 triliun. Jumlah tersebut naik dua kali lipat dari Rp 125 triliun yang tercatat pada periode 2021. Meskipun begitu, ia juga menambahkan bahwa jumlah tahun 2022 merupakan laba yang belum diaudit, sehingga tidak bisa langsung diklaim.
Erick juga mengatakan bahwa klaster jasa keuangan merupakan klaster yang memberikan kontribusi terbesar dari 12 klaster yang dimiliki BUMN. Di sini ada BRI yang hampir di atas Rp 50 triliun, BTN di atas Rp 3 triliun, BNI di atas Rp 18 triliun, Bank Mandiri di atas Rp 44 triliun.
Kenaikan aset dari Rp 8,978 triliun menjadi Rp 9,867 triliun, menurut pemaparan Erick Thohir, juga akan membantu BUMN berkinerja lebih baik di tahun 2022. Sementara hal tersebut terjadi, ekuitas meningkat dari Rp 2,778 triliun di tahun 2021 menjadi Rp 3,150 triliun di tahun 2022. Alhasil, bisnis BUMN pun tumbuh positif, yang terlihat dari pendapatan yang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya RP 2.292 triliun menjadi sebesar Rp 2.613 triliun pada 2022.
Selain itu, Erick meyakini bahwa unsur efisiensi menjadi salah satu penyebab kinerja BUMN akan meningkat pesat selama 2022. Salah satu indikatornya adalah penurunan rasio utang BUMN terhadap investasi yang turun dari 36,2% menjadi 34,2%. Dia memaparkan, modal BUMN pada 2022 mencapai Rp 3.150 triliun atau jauh lebih besar ketimbang utang yang sebesar Rp 1.640 triliun. Utang BUMN akan terus berkurang antara lain karena ia juga mendorong percepatan pembayaran utang, seperti di PLN dan pembayaran utang tepat waktu.