Menurut Wakil Perdana Menteri dan Menteri Perkebunan dan Komoditas, Datuk Seri Fadillah Yusof, Malaysia tengah mempertimbangkan untuk menghentikan ekspor minyak kelapa sawit ke Uni Eropa sebagai protes atas aturan deforestasi blok perdagangan yang diberlakukan pada 6 Desember 2022 lalu.
Ia mengatakan ini adalah salah satu opsi yang akan dipertimbangkan warga Malaysia untuk menghadapi kampanye negatif minyak sawit UE yang telah meningkat pesat dalam beberapa tahun terakhir.
Fadillah melanjutkan dengan mengatakan bahwa pembatasan deforestasi baru UE juga merusak langkah yang telah dibuat oleh produsen minyak sawit Malaysia untuk mematuhi persyaratan produksi minyak sawit berkelanjutan. Minyak sawit adalah minyak termurah yang saat ini dapat diakses, dan standar UE yang terus berubah tampaknya menjadi penghalang perdagangan untuk melindungi barang-barang mereka. Menurutnya, Organisasi Perdagangan Dunia perlu turun tangan pada titik ini untuk memastikan bahwa hambatan perdagangan yang diskriminatif ini dapat dicabut.
Ia juga mengatakan bahwa produsen dan pengekspor minyak sawit terbesar di dunia, Indonesia, akan diikutsertakan dalam diskusi tersebut. Menurutnya, Malaysia akan memiliki suara yang lebih kuat jika mereka bekerja sama dengan Indonesia. Sebelumnya, Perdana Menteri Datuk Seri Anwar Ibrahim dan Presiden Indonesia Joko Widodo membuat keputusan untuk bekerja sama dalam memerangi “diskriminasi” UE terhadap minyak sawit.
Produsen minyak sawit mengatakan langkah penghentian ekspor minyak kelapa sawit ke UE dapat mengisolasi dan memutus akses pasar bagi jutaan petani kecil di seluruh Asia Tenggara, Amerika Latin, dan Afrika yang tidak memiliki sarana untuk memenuhi persyaratan ketertelusuran yang lebih ketat. Hal ini dikarenakan Indonesia dan Malaysia sama-sama menyumbang lebih dari 80% pasokan global.
Fadillah juga akan mengunjungi Indonesia paling cepat bulan ini untuk menindaklanjuti kunjungan Perdana Menteri Anwar Ibrahim baru-baru ini. Ia mengatakan bahwa Malaysia akan fokus untuk menunjukkan bahwa minyak sawitnya mematuhi standar lingkungan internasional.