Pertumbuhan ekonomi India semakin melambat pada kuartal Desember karena berkurangnya permintaan yang menurun dan berlanjutnya pelemahan di sektor manufaktur. Menurut angka yang dikeluarkan oleh pemerintah pada hari Selasa (28/2/2023), ekonomi terbesar ketiga di Asia ini memiliki pertumbuhan tahun-ke-tahun sebesar 4,4% pada Oktober–Desember, dibandingkan dengan 6,3% pada Juli–September.
Menurut para ahli, penurunan dramatis dalam tingkat pertumbuhan tahunan juga sebagian disebabkan oleh efek dasar dari memudarnya epidemi dan penyesuaian pertumbuhan dari tahun sebelumnya. Pertumbuhan dari Oktober hingga Desember juga turun 4,6% dari yang diharapkan oleh Reuters. Di sisi lain, pemerintah mempertahankan perkiraan pertumbuhannya sebesar 7% untuk tahun 2022/23 sambil merevisi pertumbuhan yang lebih tinggi untuk tahun sebelumnya menjadi 9,1% dari sebelumnya 8,7%.
Selain itu, Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia memproyeksikan bahwa India akan menjadi ekonomi utama dengan pertumbuhan tercepat pada tahun 2023, terlepas dari kenyataan bahwa ekonomi global yang lebih lemah diperkirakan akan memperlambat pertumbuhan India menjadi sekitar 6,4% tahun depan.
Sektor manufaktur India menyusut 1,1% tahun ke tahun di kuartal ketiga, kontraksi kedua berturut-turut yang mencerminkan margin keuntungan yang lebih rendah dan ekspor yang lebih lemah. Permintaan eksternal melemah karena bank sentral secara global melanjutkan pengetatan moneter untuk menjinakkan inflasi.
Sebagai informasi, Bank Sentral India atau Reserve Bank of India (RBI), telah menaikkan suku bunga acuan repo sebesar 250 basis poin sejak Mei tahun lalu dan para ekonom memperkirakan kenaikan suku bunga lebih lanjut sebesar 25 basis poin menjadi 6,75% pada bulan April, yang dapat mengganggu pertumbuhan di kuartal mendatang.