Pada hari Rabu (22/2/2023), Bank sentral Selandia Baru menaikkan suku bunga sebesar 50 basis poin ke level tertinggi lebih dari 14 tahun di 4,75%. Bank sentral Selandia Baru juga mengatakan bahwa pihaknya akan terus memperketat karena inflasi masih terlalu tinggi. Meskipun ada tanda-tanda awal pelonggaran tekanan harga, inflasi harga konsumen inti tetap terlalu tinggi, lapangan kerja masih di luar tingkat maksimum yang berkelanjutan, dan ekspektasi inflasi jangka pendek tetap tinggi.
Reserve Bank of New Zealand (RBNZ) mengatakan masih terlalu dini untuk menilai implikasi kebijakan dari topan dan banjir yang menghancurkan baru-baru ini di Pulau Utara negara itu. Menurut pernyataan kebijakan moneter (MPS) yang menyertai keputusan suku bunga, RBNZ masih mengantisipasi suku bunga resmi (OCR) akan mencapai puncaknya di 5,5% pada tahun 2023. Itu akan menandai rentetan pengetatan kebijakan paling agresif sejak suku bunga resmi diperkenalkan pada tahun 1999.
Setelah keputusan tersebut, dolar Selandia Baru naik ke level tertinggi $0,6246, mencerminkan nada hawkish dari pernyataan tersebut setelah diperdagangkan serendah $0,6206 sebelumnya. Selain itu, Kepala Ekonom ASB Nick Tuffley berkomentar bahwa ada kemungkinan RBNZ akan bertindak lebih agresif di masa mendatang. Tuffley mengantisipasi kenaikan suku bunga 50 basis poin lainnya di bulan April.
Tingkat inflasi tahunan di Selandia Baru saat ini mendekati tertinggi tiga dekade sebesar 7,2%, yang jauh lebih tinggi dari tujuan jangka menengah bank sentral sebesar 1%-3%. Gubernur RBNZ Adrian Orr menyatakan selama konferensi pers pasca-kebijakan bahwa inflasi diantisipasi mencapai puncaknya pada 7,3% pada kuartal pertama sebelum menurun.