Dalam risalah rapat The Fed yang dirilis pada hari Rabu (5/7/2023), hampir semua pejabat Federal Reserve pada pertemuan bulan Juni mengindikasikan kemungkinan adanya pengetatan lebih lanjut. Namun, kecepatan kenaikan bunga tersebut akan lebih lambat.
The Fed sendiri belum mengungkapkan berapa banyak suku bunga yang akan dinaikkan pada bulan ini, namun para investor saat ini menempatkan peluang 85% untuk kenaikan pada Juli 2023. Sikap hawkish itu pun diambil The Fed untuk menekan laju inflasi Amerika yang dipatok di level 4% pada bulan Mei, dimana angka tersebut masih jauh dari proyeksi awal The Fed yaitu di kisaran 2%.
Adapun, Rupiah diperkirakan akan melemah di tengah sentimen risk off pasar dan penguatan dolar AS, setelah Ketua Dewan Gubernur The Fed, Jerome Powell, mengisyaratkan bahwa The Fed bakal kembali mengkerek suku bunga. Sebagai informasi, nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada hari Kamis (6/7/2023) pagi melemah 0,31% atau 46 poin menjadi Rp15.063 per dolar AS, dari sebelumnya Rp15.017 per dolar AS.
Sementara itu, Wall Street jatuh pada perdagangan hari Kamis (6/7/2023), dimana Dow Jones Industrial Average turun 341,58 poin atau 1,00% ke 33.947,06, kemudian S&P 500 turun 45,79 poin atau 1,03%, ke 4.401,03, dan Nasdaq Composite turun 173,02 poin atau 1,25 % pada 13.618,64. Respon negatif juga terjadi pada perdagangan emas pasar global, harga emas dilaporkan anjlok 0,4% di posisi 1.916,53 dolar AS per troy ons.