Pada hari Rabu (22/3/2023), Federal Reserve (The Fed) kembali menaikkan target suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) atau 0,25% ke kisaran 4,75%-5%, menggarisbawahi komitmen bank sentral untuk memerangi inflasi bahkan jika itu meningkatkan tekanan keuangan pada bank-bank negara itu.
Runtuhnya Silicon Valley Bank dan Signature Bank di New York secara tiba-tiba telah memicu ketakutan, dimana para deposan yang cemas menarik uang mereka secara massal, sehingga bank harus menjual obligasi dengan kerugian untuk membayar deposan.
Para kritikus menyalahkan kenaikan suku bunga Fed yang tak henti-hentinya berkontribusi pada kegagalan, bagian dari krisis sektor perbankan terbesar sejak krisis keuangan 2008, dan beberapa pengamat berspekulasi bahwa pembuat kebijakan akan dipaksa untuk menghentikan kenaikan suku bunga.
The Fed juga mengindikasikan bahwa jeda kenaikan suku bunga mungkin akan segera terjadi. Pejabat Fed memperkirakan pada Desember 2022 bahwa suku bunga kebijakan akan menjadi 5,1% pada akhir 2023 sebelum turun menjadi 4,1% pada 2024. Pembuat kebijakan memperkirakan bahwa inflasi menggunakan ukuran pilihan Fed akan turun menjadi 3,3% pada kuartal keempat tahun ini, bergerak lebih cepat dari yang diantisipasi menuju tujuan Fed sebesar 2% pada Desember 2022.
Selain itu, The Fed nampak sedikit lebih pesimis tentang prospek ekonomi. Dibandingkan dengan antisipasi 0,5% di bulan Desember, rata-rata perkiraan pertumbuhan PDB tahun ini hanya 0,4%. Sementara itu, The Fed memangkas proyeksi pertumbuhan 1,6% untuk 2024 menjadi 1,2%.