PT Fawz Finansial Indonesia
NEWSLETTER
1 Maret 2024
15 Februari 2024 | 1 Maret 2024 | Perbedaan | % | |
---|---|---|---|---|
IHSG | 7.210 | 7.316 | 108 | 1.5% |
LQ45 | 988 | 990 | 16 | 1.6% |
EIDO | 22.7 | 22.4 | 0.5 | 2.3% |
Japan Nikkei 225 | 38.017 | 39.254 | 3246 | 9.0% |
Shanghai CI | 2.865 | 3.013 | 240 | 8.7% |
Dow Jones | 38.424 | 38.996 | 846 | 2.2% |
Nasdaq | 15.859 | 16.092 | 928 | 6.1% |
Emas | 2.005 | 2.051 | -7 |
-0.3% |
Saham GOTO Anjlok Usai Gelar Public Expose, Ada Apa?
Harga saham perusahaan teknologi yang bergerak di bidang jasa ride hailing, e-commerce dan digital payment, yaitu PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO), terpantau anjlok 6,25% ke level Rp 75 per saham pada perdagangan hari Rabu (28/2/2024), usai perusahaan menggelar paparan publik atau public expose (pubex) insidentil.
Dalam pubex yang dilaksanakan secara daring (online) pada hari Rabu (28/2/2024), mulai pukul 10.00 WIB hingga sekitar 11.15 WIB, manajemen GOTO memberikan sejumlah penjelasan mengenai berbagai isu dan perkembangan penting perusahaan, termasuk latar belakang dan manfaat transaksi Tokopedia-TikTok, informasi terbaru tentang kemitraan shop (Tokopedia), penjelasan mengenai nilai akuisisi PT Tokopedia, kinerja keuangan dan operasional perusahaan, peta jalan strategi untuk 2024, hingga rencana aksi korporasi.
Adapun PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk menyampaikan bahwa mulai 1 Februari 2024, perusahaan telah mulai menerima komisi atau service fee dari Tokopedia setelah TikTok resmi mengambil alih sebagian besar saham Tokopedia. Dengan pencatatan ini, diharapkan hasil dari lini bisnis e-commerce GOTO akan berubah menjadi positif pada tahun 2024 setelah sebelumnya mencatatkan kerugian sebesar Rp 2 triliun atau sekitar US$ 134 juta selama 9 bulan 2023.
Sementara mengenai regulasi negara Indonesia yang melarang transaksi dalam aplikasi media sosial, GOTO menyatakan bahwa pihaknya akan segera mematuhi regulasi tersebut dalam waktu satu setengah bulan mendatang. Selain itu, GOTO juga membahas perkembangan terkini terkait kemungkinan dilakukannya buyback saham. Menurut Direktur Utama GOTO, Patrick Walujo, rencana buyback saham masih dalam proses kajian, dan perusahaan akan berhati-hati dan mempertimbangkan semua aspek sebelum mengambil keputusan terkait buyback.
Walujo menambahkan bahwa dengan pencapaian EBITDA positif pada kuartal IV-2023, kinerja keuangan dan posisi kas GOTO semakin kuat, namun perseroan tetap berkomitmen untuk mengalokasikan modal dengan hati-hati, memprioritaskan pertumbuhan berkelanjutan, dan memberikan nilai jangka panjang bagi pemegang saham. Adapun mengenai rumor GOTO akan merger dengan sang pesaing utama Grab, Direktur/Group Chief Corporate Office dan Group General Counsel GOTO, Pablo Malay menegaskan bahwa pihaknya tidak sedang melakukan diskusi terkait hal tersebut.
Intip Proyeksi Pembagian Dividen 4 Big Banks Untuk Tahun Buku 2023!
Empat bank besar di Indonesia bersiap untuk menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) pada bulan mendatang, dengan salah satu agenda utamanya adalah pembagian dividen. Berdasarkan perhitungan dari Mirae Asset Sekuritas Indonesia, estimasi pembagian dividen untuk keempat bank tersebut adalah sebagai berikut:
1. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) atau Bank BRI:
– RUPST akan diselenggarakan pada 1 Maret 2024.
– Perkiraan dividen yang akan dibagikan adalah Rp 247 per saham.
– Dibandingkan dengan tahun 2023, jumlah dividen ini mengalami penurunan sebesar 14,23%, dimana pada tahun sebelumnya dividen yang dibagikan mencapai Rp 288 per saham.
2. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) atau Bank BNI:
– RUPST dijadwalkan pada 4 Maret 2024.
– Perkiraan dividen yang akan dibagikan adalah Rp 284 per saham.
– Terjadi penurunan sebesar 27,55% jika dibandingkan dengan dividen tahun 2023 yang mencapai Rp 392 per saham.
3. PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) atau Bank Mandiri:
– RUPST akan diadakan pada 7 Maret 2024.
– Perkiraan dividen yang akan dibagikan adalah Rp 330 per saham.
– Jumlah ini mengalami penurunan sebesar 37,6% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dimana dividen pada 2023 mencapai Rp 529 per saham.
4. PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA:
– RUPST dijadwalkan pada 14 Maret 2024.
– Perkiraan dividen yang akan dibagikan berkisar antara Rp 230 – Rp 250 per saham.
– Terjadi peningkatan sebesar 4,7% jika dibandingkan dengan dividen tahun 2023 yang mencapai Rp 170 per saham.
Beredar 4 Nama Calon Menteri Keuangan yang Diincar Prabowo, Siapa Aja?
Berhembus kabar bahwa Sri Mulyani Indrawati tidak akan lagi menduduki posisi Menteri Keuangan, jika Prabowo Subianto terpilih menjadi Presiden RI. Sebagai informasi, berdasarkan hasil real count KPU per 27 Februari 2024 pukul 07.00 WIB, Prabowo-Gibran tercatat mengumpulkan 75.020.856 suara atau 58,84%, Anies-Cak Imin sebanyak 31.184.766 atau 24,46%, sedangkan Ganjar Pranowo-Mahfud MD 21.291.678 atau 16,7%.
Sumber dari Bloomberg menyatakan bahwa Prabowo, yang memimpin survei quick count Pemilu 2024, tengah mempertimbangkan empat kandidat potensial untuk menggantikan Sri Mulyani. Keempatnya adalah Budi Gunadi Sadikin (Menteri Kesehatan), Kartika Wirjoatmodjo (Wakil Menteri BUMN), Mahendra Siregar (Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan), dan Royke Tumilaar (Dirut PT Bank Negara Indonesia Tbk).
Menurut Analisi Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution, Ronny P Sasmita, meskipun keempatnya memiliki latar belakang di bidang keuangan khususnya perbankan, namun masih jauh bila dibandingkan dengan sepak terjang dari Sri Mulyani. Menurutnya, keempat-empatnya memang memiliki pengalaman dominan di banking dan financial sector namun kurang begitu menonjol dari sisi kebijakan fiskal. Adapun berikut biodata singkat dari empat tokoh tersebut:
1. Budi Gunadi Sadikin
– Menteri Kesehatan sejak Desember 2020.
– Sebelumnya menjabat sebagai Wakil Menteri BUMN dan Direktur Utama PT Bank Mandiri.
– Lulusan fisika nuklir dari Institut Teknologi Bandung.
2. Royke Tumilaar
– Mantan Direktur Utama Bank Mandiri (2019-2020).
– Berkarier di berbagai posisi di bidang perbankan sejak tahun 1998.
– Meraih gelar ekonomi dari Universitas Trisakti dan gelar magister di bidang keuangan bisnis dari University of Technology Sydney.
3. Kartika Wirjoatmodjo (Tiko)
– Direktur Utama Bank Mandiri.
– Pernah menjabat sebagai Kepala Eksekutif Lembaga Penjaminan Simpanan dan Wakil Menteri BUMN.
– Meraih gelar sarjana akuntansi dari Universitas Indonesia dan gelar magister bisnis dari Universitas Erasmus Rotterdam pada 2001.
4. Mahendra Siregar
– Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan.
– Mantan Wakil Menteri Keuangan (2011-2013) dan Duta Besar Indonesia untuk AS.
– Meraih gelar sarjana ekonomi dari Universitas Indonesia dan gelar master di bidang yang sama dari Monash University.
Prabowo-Gibran Unggul Versi Quick Count, Saham Apa yang Bakal Diuntungkan?
Berdasarkan hasil perhitungan cepat atau quick count, pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden nomor urut 02 Prabowo-Gibran tampak unggul secara signifikan dibandingkan dengan pasangan calon 01 Anies-Muhaimin dan pasangan calon 03 Ganjar-Mahfud. Sementara berdasarkan hasil real count KPU per 27 Februari 2024 pukul 07.00 WIB, Prabowo-Gibran tercatat mengumpulkan 75.020.856 suara atau 58,84%, Anies-Cak Imin sebanyak 31.184.766 atau 24,46%, sedangkan Ganjar Pranowo-Mahfud MD 21.291.678 atau 16,7%. Unggulnya paslon nomor 02 ini pun dinilai dapat memberikan dampak positif bagi sejumlah saham yang berkaitan dengan program-program yang mereka janjikan. Adapun berikut beberapa saham yang dinilai berpotensi diuntungkan dari visi misi paslon nomor 02:
- PT Adhi Karya (Persero) Tbk (ADHI)
PT Adhi Karya (Persero) Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang konstruksi, energi dan industri, properti, real estate, investasi infrastruktur, pelaksanaan prasarana dan sarana perkeretaapian, pengadaan barang dan jasa hotel. Adapun perusahaan beroperasi melalui empat segmen utama, yaitu segmen teknik dan konstruksi, segmen properti dan perhotelan, segmen manufaktur, dan segmen investasi dan konsesi.
Berdasarkan segmennya, segmen engineering dan konstruksi berkontribusi sebesar Rp 10.3 triliun atau sekitar 90,7% dari total pendapatan ADHI di kuartal III-2023. Sementara itu, segmen properti dan hospitality berkontribusi sebesar Rp 427.1 miliar atau sekitar 0,37%, segmen manufaktur berkontribusi sebesar Rp 960.01 miliar atau sekitar 0,83%, dan segmen investasi dan konsesi berkontribusi sebesar Rp 620.1 miliar atau sekitar 0,54%.
Nah, melihat pendapatan utama perusahaan yang berasal dari segmen engineering dan konstruksi, tampaknya visi-misi pasangan Prabowo-Gibran untuk melanjutkan dan mempercepat pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), mendorong infrastruktur pelabuhan, bandara, terminal penerima gas dan jaringan transmisi/distribusi gas, serta infrastruktur digital dan teknologi agar akses internet merata memiliki potensi untuk memberikan dorongan positif terhadap kinerja ADHI ke depannya. Lantas, bagaimana kondisi keuangan saham ADHI saat ini? Apakah saham ADHI layak untuk dikoleksi?
Laporan Keuangan ADHI
2023 – Q3 | 2022 – Q3 | 2021 – Q3 | |
Pendapatan | 11,448,949,031,899 | 9,133,064,111,646 | 7,350,758,203,649 |
Laba Bersih | 23,537,087,236 | 21,026,385,446 | 17,019,747,014 |
Total Asset | 39,418,721,436,637 | 37,682,562,943,650 | 40,758,889,387,585 |
Total Liabilitas | 30,435,816,952,663 | 31,581,855,182,439 | 35,161,038,457,221 |
Total Ekuitas | 8,982,904,483,974 | 6,100,707,761,211 | 5,597,850,930,364 |
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, ADHI berhasil membukukan peningkatan pendapatan dari Rp 9.1 triliun menjadi Rp 11.4 triliun pada kuartal III-2023. Sejalan dengan itu, laba bersih perusahaan juga meningkat dari Rp 21.02 triliun menjadi Rp 23.5 triliun. Begitu pula dengan aset perusahaan yang naik dari Rp 37.6 triliun menjadi Rp 39.4 triliun, dan ekuitas perusahaan yang juga turut meningkat dari Rp 6.1 triliun menjadi Rp 8.9 triliun. Di sisi lain, perusahaan juga berhasil menurunkan liabilitasnya dari Rp 31.5 triliun menjadi Rp 30.4 triliun di kuartal III-2023.
Nah, meskipun perusahaan berhasil menurunkan liabilitasnya, namun jumlah liabilitas ini masih jauh lebih besar dibandingkan ekuitasnya. Hal ini pun mengindikasikan bahwa perusahaan berada dalam kondisi yang kurang sehat, yang terlihat juga dari rasio Debt-to-Equity (DER) perusahaan yang menyentuh 361.62%. Rasio DER yang sudah berada di atas 300% ini pun menandakan bahwa perusahaan sudah sangat rawan dengan berbagai macam resiko, termasuk kebangkrutan. Lantas, apakah saham ADHI ini masih layak untuk dikoleksi mengingat utangnya yang sangat tinggi?
Meskipun utang ADHI tergolong sangat tinggi untuk saat ini, namun total utang ADHI ini menjadi yang paling rendah diantara saham-saham BUMN Karya lainnya. Contohnya saja, PT PP (Persero) Tbk tercatat memiliki DER sebesar 390.21%, kemudian PT Wijaya Karya (Persero) Tbk (WIKA) sebesar 787.63%, dan PT Waskita Karya (Persero) Tbk dengan tingkat DER sebesar 1342.71%.
Selain itu, ADHI juga menjadi saham BUMN Karya satu-satunya yang mencatatkan kontrak baru terbanyak di sepanjang tahun 2023. Adapun ADHI mencatatkan kontrak baru sebesar Rp 34.7 triliun, meningkat 58% dari capaian tahun 2022 yang sebesar Rp 23.7 triliun. Perolehan kontrak baru ADHI ini juga didominasi oleh lini bisnis engineering & construction sebesar 93%, yang menjadi kontributor utama pendapatan ADHI. Kemudian lini manufaktur sebesar 3% dan sisanya dari lini bisnis property & hospitality dan investasi. Sementara itu, PTPP mencatatkan kontrak baru sebesar Rp 31.67 triliun, WIKA sebesar Rp 28 triliun, dan WSKT sebesar Rp 16.9 triliun.
Secara keseluruhan, saham ADHI memiliki potensi keuntungan dari visi misi Prabowo-Gibran yang berfokus pada kelanjutan dan percepatan pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN), serta dorongan terhadap infrastruktur pelabuhan, bandara, terminal penerima gas, jaringan transmisi/distribusi gas, dan infrastruktur digital dan teknologi. Selain itu, ADHI juga menjadi pilihan utama di antara emiten infrastruktur dan konstruksi lainnya karena memiliki rasio utang yang lebih rendah dibandingkan dengan pesaingnya, serta pencapaian kontrak baru yang lebih besar. Adapun secara valuasi, saham ADHI dinilai cukup mahal dari rasio Price-to-Earnings (PER) nya berada di kisaran 78.76x. Meskipun begitu, rasio Price to Book Value (PBV) nya yang berada di kisaran 0.29x menandakan bahwa saham ADHI masih layak untuk dikoleksi.
2. PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)
PT Merdeka Copper Gold Tbk adalah perusahaan induk yang berfokus pada eksplorasi dan produksi emas, perak, tembaga dan mineral lainnya. Sektor pertambangan sendiri berpotensi diuntungkan dengan unggulnya Paslon 02 Prabowo-Gibran, mengingat visi misi mereka untuk tetap melanjutkan program hilirisasi komoditas yang telah diterapkan selama kepemimpinan Jokowi.
Adapun berdasarkan segmennya, pendapatan MDKA di kuartal III-2023 tercatat sebagian besarnya ditopang oleh penjualan ekspor sebesar US$ 725,74 juta naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar US$ 521,21 juta. Sedangkan penjualan domestik juga mencatatkan kenaikan yang signifikan menjadi US$ 445,20 juta, dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya yang hanya sebesar US$ 96,73 juta. Sementara berdasarkan segmen geografisnya, terlihat bahwa penjualan terbesar MDKA adalah China, kemudian diikuti oleh Indonesia di posisi kedua, dan Hongkong di posisi ketiga.
Selain berpotensi diuntungkan dari visi misi Prabowo-Gibran untuk meneruskan program hilirisasi komoditas yang telah diterapkan selama kepemimpinan Jokowi, MDKA juga diproyeksikan diuntungkan dengan meningkatnya ketidakpastian global. Perang Rusia-Ukraina dan perang di Timur Tengah, ketegangan hubungan antara China dan Amerika, serta pemilihan presiden (pilpres) Amerika yang belum pasti dapat menjadi pendorong harga emas. Dengan banyaknya ketidakpastian global, harga emas diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2024 dan bahkan berpotensi mencapai harga tertinggi sepanjang masa atau All Time High (ATH).
Selain itu, harga emas juga berpotensi terkerek seiring dengan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed di tahun 2024. Sebagai informasi, Ketua The Fed, Jerome Powell memperkirakan bahwa The Fed kemungkinan akan menurunkan suku bunga sebanyak tiga kali pada tahun ini, seperti yang diproyeksikan dalam perkiraan bank sentral pada bulan Desember 2023. Menurut CME FedWatch, pasar memperkirakan kemungkinan sebesar 20% bahwa The Fed akan menurunkan suku bunga pada bulan Maret dan sebesar 71,3% pada bulan Mei. Ekspektasi ini dianggap dapat mendorong investor untuk beralih dari dolar ke aset lain seperti emas, yang mengindikasikan prospek positif bagi perusahaan pertambangan emas seperti MDKA pada tahun 2024. Lantas, melihat prospek MDKA yang cukup cerah kedepannya, apakah saham MDKA ini layak untuk dikoleksi?
Laporan Keuangan MDKA
2023 – Q3 (USD) | 2022 – Q3 (USD) | 2021 – Q3 (USD) | |
Pendapatan | 1,170,179,217 | 626,017,240 | 261,153,113 |
Laba Bersih | ( 23,773,160 ) | 69,191,890 | 21,064,708 |
Total Asset | 4,690,530,734 | 3,573,024,291 | 1,170,083,546 |
Total Liabilitas | 2,071,634,645 | 1,557,291,879 | 413,258,939 |
Total Ekuitas | 2,618,896,089 | 2,015,732,412 | 756,824,607 |
Berdasarkan laporan keuangannya, MDKA berhasil membukukan peningkatan pendapatan dari US$ 626.01 juta menjadi US$ 1.1 miliar pada kuartal III-2023. Meskipun begitu, laba bersih perusahaan justru tergerus dari US$ 69.1 juta menjadi rugi US$ 23.7 juta. Berbaliknya laba bersih menjadi rugi bersih ini pun diakibatkan oleh peningkatan di sejumlah pos beban, seperti contohnya beban pokok yang membengkak 118,20% menjadi US$ 1,05 miliar. Di sisi lain, aset perusahaan tercatat meningkat dari US$ 3.5 miliar menjadi US$ 4.6 miliar, begitu pula dengan ekuitas perusahaan yang naik dari US$ 2.01 miliar menjadi US$ 2.6 miliar, dan liabilitas perusahaan yang juga meningkat dari US$ 1.5 miliar menjadi US$ 2.07 miliar.
Nah, meskipun perusahaan mencatatkan peningkatan liabilitas, jumlah liabilitas ini masih jauh lebih rendah dibandingkan ekuitas perusahaan, yang mengindikasikan bahwa perusahaan masih berada dalam kondisi yang cukup baik. Sementara dari segi valuasi, saham MDKA dinilai cukup mahal dari rasio Price to Book Value (PBV) nya berada di kisaran 3.85x. Meskipun begitu,
rasio Price-to-Earnings (PER) nya berada di kisaran -113.11x menandakan bahwa saham MDKA masih layak untuk dikoleksi.
Kesimpulannya, saham MDKA dinilai prospektif mengingat dukungan dari visi misi Prabowo-Gibran dalam melanjutkan program hilirisasi komoditas. Selain itu, potensi keuntungan dari ketidakpastian global, seperti perang Rusia-Ukraina, relasi China-Amerika, pemilihan presiden Amerika, dan ekspektasi penurunan suku bunga The Fed, juga turut mendukung prospek perusahaan.
Di sisi lain, saham MDKA juga terpantau kerap diserok oleh PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG). Adapun pada 5 Januari 2024, SRTG melakukan akuisisi sebanyak 4.470.000 lembar atau setara dengan 4,47 juta saham MDKA. Dengan transaksi tersebut, kepemilikan SRTG atas saham MDKA meningkat menjadi 4,53 miliar lembar atau setara dengan porsi kepemilikan sebesar 18,82%, mengalami kenaikan sekitar 0,02% dari tingkat kepemilikan sebelum transaksi. Aksi SRTG yang kerap memborong saham MDKA ini pun menjadi semacam sinyal bahwa saham MDKA ini memang menguntungkan dan memiliki prospek yang cerah kedepannya. Jadi, berdasarkan pembahasan di atas, saham MDKA layak untuk mendapatkan rekomendasi BUY.
3. PT Vale Indonesia Tbk (INCO)
PT Vale Indonesia Tbk merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang pertambangan dan pengolahan nikel di Indonesia. Sama seperti MDKA, saham INCO juga berpotensi diuntungkan dari visi misi Prabowo-Gibran untuk tetap melanjutkan program hilirisasi komoditas yang telah diterapkan selama kepemimpinan Jokowi. Belum lama ini, Indonesia melalui Holding BUMN Industri Pertambangan MIND ID telah resmi menandatangani pengambil alih divestasi 14% saham milik INCO yang disepakati di Rp 3.050 per lembar saham. Dengan begitu saham milik MIND ID yang ada di Vale kini berjumlah 34%. Lantas, bagaimana nasib INCO usai divestasi ini?
Setelah divestasi tersebut, saham PT Vale Indonesia Tbk tercatat mengalami kenaikan hingga mencapai Rp 4.110 per saham pada perdagangan hari Rabu (28/2/2024). Namun, sentimen positif akibat divestasi ini diprediksi tidak akan berlangsung lama karena dipengaruhi oleh faktor eksternal yang memengaruhi perdagangan komoditas nikel. Sebagai informasi, harga nikel sendiri sudah terpangkas lebih dari 40% pada awal tahun 2024, seiring dengan pasokan yang tetap melimpah dari dua produsen nikel terbesar di dunia, yaitu Indonesia dan Filipina.
Meskipun begitu, harga nikel terpantau kembali menguat pada perdagangan hari Kamis (29/2/2024) ke level US$ 17.366 per metrik ton, seiring dengan rencana China dan Indonesia untuk mengurangi produksi nikel di tahun 2024 guna membatasi penurunan harga nikel lebih lanjut. Indonesia diperkirakan akan memotong produksi nikel sekitar 100.000 metrik ton menjadi sekitar 1,6 juta hingga 1,7 juta metrik ton di 2024. Langkah serupa juga akan diambil oleh China, yang merupakan produsen nikel terbesar ketujuh di dunia.
Selain itu, harga nikel juga berpeluang mendapatkan sentimen positif dari rencana Amerika Serikat untuk memberlakukan sanksi perdagangan mineral dari Rusia, yang dapat mengurangi sentimen negatif akibat kelebihan pasokan di pasar global. Nah, melihat saham INCO yang berpotensi diuntungkan dari bangkitnya harga nikel beserta program Prabowo-Gibran dalam melanjutkan hilirisasi, apakah saham INCO layak untuk dikoleksi?
Laporan Keuangan INCO
2023 (USD) | 2022 (USD) | 2021 (USD) | |
Pendapatan | 1,232,263,000 | 1,179,452,000 | 953,174,000 |
Laba Bersih | 274,334,000 | 200,401,000 | 165,797,000 |
Total Asset | 2,925,999,000 | 2,658,116,000 | 2,472,828,000 |
Total Liabilitas | 361,462,000 | 303,336,000 | 318,367,000 |
Total Ekuitas | 2,564,537,000 | 2,354,780,000 | 2,154,461,000 |
Berdasarkan laporan keuangannya, INCO berhasil membukukan peningkatan pendapatan dari US$ 1.1 miliar menjadi US$ 1.2 miliar di sepanjang tahun 2023. Sejalan dengan itu, laba bersih perusahaan juga tercatat meningkat dari US$ 200.4 juta menjadi US$ 274.3 juta, kemudian aset perusahaan juga naik dari US$ 2.6 miliar menjadi US$ 2.9 miliar. Di sisi lain, liabilitas perusahaan juga mengalami peningkatan dari US$ 303.3 juta menjadi US$ 361.4 juta di tahun 2023.
Nah, meskipun liabilitas perusahaan tercatat meningkat, namun jumlah liabilitas ini masih jauh lebih kecil dibandingkan ekuitas perusahaan, yang tercatat naik dari US$ 2.3 miliar menjadi US$ 2.5 miliar. Hal ini pun menandakan bahwa perusahaan berada dalam kondisi keuangan yang cukup sehat, dan terlihat juga dari rasio Debt-to-Equity (DER) perusahaan yang hanya sebesar 14.10%.
Sementara dari segi valuasi, saham INCO dinilai masih memiliki valuasi yang cukup murah, dimana rasio Price-to-Earnings (PER) nya berada di kisaran 9.56x dan rasio Price to Book Value (PBV) nya berada di kisaran 1.02x. Angka PER dan PBV yang masih tergolong rendah ini pun mengindikasikan bahwa saham INCO ini masih murah atau undervalued.
Kesimpulannya, meskipun dampak positif dari aksi divestasi diperkirakan hanya bersifat sesaat, saham INCO dapat dianggap sebagai opsi yang patut dipertimbangkan seiring dengan penguatan kembali harga nikel. Selain itu, INCO juga mencatat peningkatan produksi nikel dalam matte menjadi 70.728 ton pada tahun 2023, mengalami kenaikan sebanyak 18% dibandingkan dengan realisasi pada tahun 2022 yang mencapai 60.090 ton. Nah, melihat harga nikel yang kembali menguat, beserta volume produksi INCO yang juga mengalami peningkatan, maka pendapatan dan kinerja INCO kedepannya pun tentunya berpotensi meningkat. Jadi, berdasarkan pembahasan di atas, saham INCO layak untuk mendapatkan rekomendasi BUY.
Disclaimer:
Buletin ini dimaksudkan untuk tujuan informasi dan bukan sebagai dasar untuk membeli dan menjual keputusan. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja masa depan. Klien harus mengetahui dan memahami risiko di Pasar Modal dan memahami isi buletin sebelum mengambil tindakan terkait. Oleh karena itu, PT Fawz Finansial Indonesia tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung atau tidak langsung yang diderita oleh klien sebagai akibat dari penggunaan informasi dalam buletin ini.
By Aurel Fawz Finansial Indonesia