PT Fawz Finansial Indonesia
NEWSLETTER
1 Oktober 2023
18 September 2023 | 29 September 2023 | Perbedaan | % | |
---|---|---|---|---|
IHSG | 6.983 | 6.938 | -45 | -0.6% |
LQ45 | 961 | 953 | -8 | -0.8% |
EIDO | 22.8 | 22.3 | -0.5 | -2.2% |
Japan Nikkei 225 | 33.533 | 31.873 | -1660 | -5.0% |
Shanghai CI | 3.118 | 3.110 | -8 | -0.3% |
Dow Jones | 34.618 | 33.666 | -952 | -2.8% |
Nasdaq | 13.708 | 13.201 | -507 | -3.7% |
Emas | 1.944 | 1.882 | -62 | -3.2% |
Bakal Stock Split Dengan Rasio 1:2, Bagaimana Nasib BBNI Kedepannya?
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), salah satu bank terbesar di Indonesia yang bergerak di berbagai bidang layanan keuangan ini, telah mengantongi restu untuk melakukan aksi pemecahan saham atau stock split dengan rasio 1:2. Keputusan tersebut pun telah diambil oleh pemegang saham dalam gelaran Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Bank BNI yang digelar pada hari Selasa, 19 September 2023.
Dengan keputusan stock split, nilai nominal per Saham Seri A Dwiwarna dan Seri B berubah dari sebesar Rp7.500 menjadi Rp3.750 dengan ketentuan: 1 saham Seri A Dwiwarna tetap dipertahankan sebagai saham Seri A Dwiwarna milik Negara Republik Indonesia dengan nilai nominal sebesar Rp3.750. Selain itu, 1 saham Seri A Dwiwarna menjadi 1 saham Seri B milik Negara Republik Indonesia; dengan nominal sebesar Rp3.750 per saham. Sedangkan nilai nominal per Saham Seri C dari Rp375 menjadi Rp187,5.
Lalu, bagaimana kira-kira nasib saham BBNI setelah aksi stock split ini? Berkaca dari saham-saham bank besar yang telah menjalani stock split sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa hasilnya bervariasi. Seperti contohnya, saham BBRI mengalami kenaikan hanya sebesar 4,92% dalam setahun setelah stock split pada Oktober 2017, sementara saham BMRI justru mengalami koreksi sebesar 0,15% setelah stock split. Di sisi lain, saham BBCA yang menjalani stock split pada tahun 2021 malah mengalami kenaikan sebesar 10,61% dalam setahun setelah aksi stock split tersebut.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa stock split tidak selalu berdampak langsung pada peningkatan atau penurunan harga saham. Pergerakan harga saham lebih banyak dipengaruhi oleh faktor fundamental perusahaan dan sentimen pasar yang lebih luas. Meskipun begitu, sentimen positif seputar stock split ini telah mendorong saham BBNI mencapai rekor tertinggi pada awal perdagangan sesi I hari Jumat (29/9/2023), dengan harga saham mencapai Rp 10.350 per saham.
Belum Berakhir, The Fed Masih Isyaratkan Kenaikan Suku Bunga!
Bank sentral Amerika Serikat (AS), The Federal Reserve (The Fed), telah memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,50% dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC) yang digelar pada 19-20 September 2023 waktu setempat. Keputusan ini pun sesuai dengan ekspetasi pasar, dimana sebelumnya 89% ekonom memproyeksikan bahwa The Fed akan menahan suku bunganya pada pertemuan September mendatang.
Meskipun begitu, The Fed memberikan sinyal bahwa mereka akan tetap hawkish dan membuka kemungkinan untuk menaikkan suku bunga di masa depan. Dokumen dot plot The Fed juga menunjukkan bahwa suku bunga akan berada di kisaran 5,5-5,75% pada tahun ini, yang berarti, ada indikasi bahwa The Fed akan menaikkan suku bunganya sebesar 25 bps lagi hingga akhir tahun 2023 ini.
Sementara dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) juga kembali menahan suku bunga acuan atau BI-7 Days Repo Rate (BI7DRR) di level 5,75%, dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) periode 20-21 September 2023. Dengan begitu, suku bunga acuan BI sudah bertahan di level 5,75% selama delapan bulan berturut-turut atau sejak Januari 2023 lalu. Suku bunga Deposit Facility juga tetap di posisi 5,00%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 6,50%.
Adapun Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan bahwa keputusan untuk mempertahankan suku bunga ini merupakan konsistensi kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap rendah dan terkendali dalam kisaran sasaran 3,0±1% pada tahun 2023 dan 2,5±1% pada 2024. Sebagai informasi, inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) hingga Agustus 2023 masih tetap terkendali di level 3,27% sehingga masih tetap berada dalam kisaran sasaran BI.
Bursa Karbon Resmi Meluncur, Saham PGEO Siap Melaju?
Bursa Karbon Indonesia resmi diluncurkan pada hari Selasa (26/9/2023) di Gedung BEI, Jakarta. Sebagai informasi, bursa karbon adalah sistem yang mengatur perdagangan karbon atau kepemilikan unit karbon, yang diharapkan dapat membantu Indonesia berperan dalam pengendalian dampak perubahan iklim secara global. Kehadiran Bursa Karbon ini sangat dinantikan oleh berbagai pihak, terutama oleh perusahaan di sektor energi, terutama yang berfokus pada energi baru terbarukan (EBT).
Adapun beberapa saham yang berpotensi diuntungkan dari bursa karbon ini adalah PT Pertamina Geothermal Energy Tbk. (PGEO), PT Terregra Asia Energy Tbk. (TGRA), PT Arkora Hydro Tbk. (ARKO), PT Kencana Energi Lestari Tbk. (KEEN). Selain itu, perusahaan energi seperti PT Adaro Energy Indonesia Tbk. (ADRO), PT Barito Pacific Tbk. (BRPT), PT Medco Energi Internasional Tbk. (MEDC), dan PT Indika Energy Tbk. (INDY) juga diproyeksikan berpotensi mendapatkan keuntungan dari kehadiran IDXCarbon.
Meskipun begitu, sebagian besar saham perusahaan-perusahaan ini ditutup dalam zona merah dalam perdagangan sesi pertama hari Selasa (26/9/2023). Sebagai contoh, saham PGEO mengalami penurunan sebesar 3,12% menjadi Rp 1.555 hingga penutupan sesi pertama. Kemudian saham KEEN turun 5,19% ke level Rp 1.005, dan saham ARKO turun sebesar 5,36% menjadi Rp 795. Sementara saham TGRA terpantau tetap stabil di level Rp 50 pada penutupan sesi pertama.
Di sisi lain, saham di sektor energi lainnya seperti BRPT mengalami penurunan sebesar 4,07% menjadi Rp 1.415 pada penutupan sesi pertama. Saham INDY juga turun sebesar 2,16% menjadi Rp 2.270. Saham ADRO turun 1,36% menjadi Rp 2.910, dan saham MEDC melemah 0,91% menjadi Rp 1.625 pada penutupan sesi pertama hari Selasa (26/9/2023).
Simak Koleksi Saham Para Kandidat Cawapres Pemilu 2024!
1. Luhut Binsar Pandjaitan
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Indonesia, Luhut Binsar Pandjaitan, sebelumnya sempat disebut sebagai kandidat yang berpotensi menjadi pasangan Anies Baswedan pada Pilpres 2024. Namun, Luhut dengan tegas menyatakan penolakan terhadap tawaran untuk menjadi calon wakil presiden (Cawapres) dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024 mendatang. Ia mengaku masih ingin fokus menjalankan tugasnya sebagai pembantu presiden di Kabinet Indonesia Maju hingga 2024 mendatang. Nah, dibalik kesuksesannya dalam dunia politik, Luhut sendiri merupakan pengusaha dengan total kepemilikan 16 perusahaan di berbagai sektor. Adapun 16 perusahaan tersebut adalah sebagai berikut:
Bidang Pertambangan | |
1. | PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) |
2. | PT Admira Bratama Nusantara |
3. | PT Indomining |
4. | PT Trisensa Mineral Utama |
5. | PT Kutai Energy |
Bidang Minyak dan Gas | |
6. | PT Energy Mineral Langgeng |
7. | PT Fairfield Indonesia |
Bidang Kelistrikan | |
8. | PT Pusaka Jaya Palu Power |
9. | PT Kartanegara Energy Pusaka |
Bidang Perkebunan dan Kehutanan | |
10. | PT Perkebunan Kaltim Utama |
11. | PT Tritunggal Sentra Buana |
12. | PT Admira Lestari |
Toba Industri | |
13. | PT Smartias Indo Gemilang |
14. | PT Rakabu Sejahtera |
15. | PT Kabil Citranusa |
Toba Properti dan Infrastruktur | |
16. | PT Toba Pengembang Sejahtera |
Meskipun Luhut sendiri memiliki 16 perusahaan, namun semua perusahaan ini merupakan anak usaha dari Grup Toba Sejahtera, yaitu PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA). Sebagai informasi, TOBA merupakan perusahaan energi terintegrasi yang fokus pada pengembangan energi bersih dan terbarukan, yang meliputi pertambangan dan perdagangan batubara, pembangkit listrik tenaga batubara (CFPP), perkebunan, serta energi baru dan terbarukan (NRE) dan kendaraan listrik. TOBA sendiri tercatat melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 6 Juli 2012 lalu, di harga Rp 1.900 per saham. Sementara per tanggal 27 September 2023, saham TOBA tercatat berada di Rp 320 per saham. Lantas, apakah penurunan harga ini menjadikan saham TOBA menarik untuk dikoleksi?
Valuasi saham TOBA
Price Earning Ratio (PER) | 10.42x |
Price Book Value Ratio (PBV) | 0.52x |
Debt Equity Ratio (DER) | 141.84% |
Return On Equity (ROE) | 5.02% |
Return On Assets (ROA) | 1.90% |
Secara valuasi, TOBA dinilai masih memiliki valuasi yang cukup murah, dimana rasio PER nya berada di kisaran 10.42x dan rasio PBV nya berada di kisaran 0.52x. Sementara untuk prospeknya kedepan, TOBA masih akan menghadapi sejumlah tantangan dari kondisi perekonomian global yang melambat. Pasalnya, kebijakan moneter yang ketat di beberapa negara, konflik antara Rusia dan Ukraina yang masih belum selesai hingga saat ini, serta tingkat suku bunga yang tinggi, semuanya berpotensi membebani ekonomi global.
Meskipun begitu, TOBA berpotensi meraup keuntungan dari permintaan batubara yang diperkirakan masih akan meningkat, terutama dari China dan India yang kini tengah dilanda fenomena El Nino. Selain itu, mengingat penjualan batubara TOBA paling besar berasal dari penjualan batubara ke luar negeri yang mencapai US$ 227,19 juta, maka permintaan yang meningkat dari negara-negara ini tentunya akan sangat menguntungkan TOBA. Di sisi lain, penjualan lokal hanya tercatat sebesar US$ 18,4 juta pada semester I-2023.
Selain bisnis batubara, TOBA juga telah memperluas diversifikasi bisnisnya ke dalam kendaraan listrik. Sebagai informasi, pada bulan Juni 2023 lalu, TOBA bersama PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk (GOTO) membangun perusahaan patungan pabrik motor listrik yang bernama Electrum. Seperti yang kita ketahui, permintaan kendaraan listrik telah meningkat pesat terutama semenjak polusi udara yang mencemari wilayah Jakarta dan sekitarnya. Pemerintah Indonesia juga sedang mendorong penggunaan kendaraan listrik sebagai bagian dari upaya mencapai target nol emisi pada tahun 2060. Oleh karena itu, sentimen positif ini berpotensi meningkatkan pendapatan TOBA di masa depan.
Kesimpulannya, meskipun ada tantangan dari situasi ekonomi global, TOBA tetap memiliki prospek yang cerah, terutama dalam segmen batubara dan kendaraan listrik. Ditambah lagi dengan valuasi saham yang terbilang cukup murah saat ini, maka saham TOBA layak untuk diberikan rekomendasi BUY.
2. Erick Thohir
Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Indonesia, Erick Thohir saat ini tengah ramai diperbincangkan sebagai sosok paling potensial untuk menjadi cawapres pendamping Prabowo Subianto dalam pemilu 2024 mendatang. Meskipun begitu, Erick Thohir sendiri mengaku akan berkomitmen untuk tetap menjadi Ketua Umum (Ketum) PSSI sampai tahun 2027. Nah, berbeda dengan sang kakak, Garibaldi Thohir, atau biasa dikenal dengan Boy Thohir yang diketahui memiliki banyak emiten yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI), Erick Thohir sendiri saat ini tengah berfokus pada 2 emiten ini.
- PT Mahaka Media Tbk (ABBA)
PT. Mahaka Media Tbk (ABBA) merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang kegiatan penerbitan, termasuk surat kabar, periklanan, film, dan informasi multimedia lainnya. Perusahaan beroperasi melalui empat unit bisnis, yaitu media baru dan pengembangan bisnis, penerbitan, penyiaran, dan home media. Adapun, ABBA tercatat melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 3 April 2002 lalu, di harga Rp 105 per saham. Sementara per tanggal 27 September 2023, saham ABBA tercatat berada di bawah harga IPOnya, yaitu di level Rp 79 per saham. Lantas, apakah penurunan harga ini menjadikan saham ABBA menarik untuk dikoleksi?
Valuasi saham ABBA
Price Earning Ratio (PER) | -8.08x |
Price Book Value Ratio (PBV) | 4.50x |
Debt Equity Ratio (DER) | 449.96% |
Return On Equity (ROE) | -55.68% |
Return On Assets (ROA) | -14.68% |
Secara valuasi, ABBA dinilai masih memiliki valuasi yang cukup murah, dimana rasio PER nya berada di kisaran -8.08x dan rasio PBV nya berada di kisaran 4.50x. Namun sekalipun valuasinya murah, saham ABBA sendiri tercatat memiliki utang yang menggunung, terbukti dari rasio DER perusahaan yang mencapai 449.96%, yang menandakan bahwa kondisi keuangan perusahaan sudah sangat rawan terhadap berbagai jenis risiko, termasuk salah satunya gagal bayar hutang dan bangkrut. Bahkan, BEI memberikan Notasi E kepada saham ABBA, yang menandakan bahwa emiten tersebut memiliki ekuitas negatif pada laporan keuangan kuartal I-2023 nya.
Sementara itu, saham ABBA sendiri pernah tercatat meningkat hingga ke level Rp 137 disaat Erick Thohir terpilih menjadi ketua umum PSSI pada bulan Februari 2023 lalu. Namun, sejak itu, harga saham ABBA tidak menunjukkan tren kenaikan yang signifikan. Meskipun begitu, saham ABBA sendiri masih berpotensi untuk menguat apabila nantinya Erick Thohir terpilih menjadi cawapres Prabowo Subianto dalam pilpres 2024 mendatang. Sehingga, untuk sekedar aksi profit taking mungkin saham ABBA bisa dipertimbangkan, namun jika dilihat dari segi fundamentalnya, kinerja ABBA masih akan terbebani dari jumlah utang perusahaan yang menggunung.
- PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI)
PT Mahaka Radio Integra Tbk (MARI) adalah perusahaan investasi yang bergerak di bidang penyediaan konten audio, terutama melalui penyiaran radio. Adapun segmen radio perusahaan meliputi JAK 101 FM, GEN 98.7 FM, GEN 103.1 FM, HOT 93.2 FM, MUSTANG 88 FM, KIS 95.1 FM dan MOST RADIO 105.8 FM. Sementara segmen Platform Digital mengoperasikan NOICE, yang merupakan rumah konten audio Indonesia. Platform ini menampilkan radio, musik, dan podcast.
MARI sendiri tercatat melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 11 Februari 2016 lalu, di harga Rp 750 per saham. Sementara per tanggal 27 September 2023, saham MARI tercatat berada di bawah harga IPOnya, yaitu di level Rp 90 per saham. Meskipun begitu, saham MARI sendiri tercatat mengalami penguatan dalam sepekan ini, dimana saham MARI terpantau telah menguat 19,75% dalam perdagangan seminggu terakhir pada bulan September ini. Investor asing juga tercatat melakukan netbuy sebesar Rp 244,22 juta terhadap saham MARI. Lantas, apakah ini pertanda bahwa saham MARI akan bangkit kembali?
Valuasi saham MARI
Price Earning Ratio (PER) | -11.33x |
Price Book Value Ratio (PBV) | 4.14x |
Debt Equity Ratio (DER) | 346.40% |
Return On Equity (ROE) | -36.54% |
Return On Assets (ROA) | -8.08% |
Secara valuasi, MARI dinilai masih memiliki valuasi yang cukup murah, dimana rasio PER nya berada di kisaran -11.33x dan rasio PBV nya berada di kisaran 4.14x. Namun, saham MARI ini sebenarnya kurang lebih saham dengan saham Erick Thohir lainnya, seperti ABBA, dimana MARI juga tercatat memiliki utang yang sangat besar. Utang ini pun terlihat dari rasio DER perusahaan yang mencapai 346.40%, yang mengindikasikan bahwa kondisi keuangan perusahaan sudah sangat rawan dengan gagal bayar hutang dan bangkrut.
Meskipun begitu, saham MARI berpotensi meraup keuntungan menjelang pemilu 2024 mendatang. Pasalnya, para calon pemimpin dan partai politik membutuhkan media untuk mencapai pemilih dan melakukan pencitraan, sehingga pendapatan dari iklan pun berpeluang untuk meningkat di momentum ini. Sementara dari sisi kinerja keuangannya, MARI berhasil memangkas rugi bersihnya pada semester I-2023.
Adapun rugi bersih MARI di semester I-2023 turun 11% dari Rp 24,13 miliar menjadi Rp 21,32 miliar. Sedangkan pendapatan MARI tercatat meningkat dari Rp 29,46 miliar menjadi Rp 39,17 miliar pada semester I-2023. Jadi kesimpulannya, saham MARI sebenarnya masih memiliki prospek yang cerah mengingat sentimen pemilu 2024. Namun, kinerja perusahaan diproyeksikan masih akan terbebani mengingat utang perusahaan yang cukup besar.
3. Sandiaga Uno
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno, saat ini tengah digadang-gadang bakal menjadi pasangan Ganjar Pranowo dalam Pilpres 2024 mendatang. Lantas, apabila Sandiaga Uno terpilih menjadi Cawapresnya Ganjar, apakah saham-saham yang dikoleksinya juga akan ikut terbang?
Sebagai informasi, Sandiaga Uno tercatat menjadi salah satu pemegang saham pengendali PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG) dengan 2.917.827.145 lembar saham atau sebesar 21,51% dari total saham SRTG. Adapun, SRTG merupakan perusahaan yang berfokus pada investasi di sektor energi yang berkembang, logam mulia, infrastruktur teknologi, produk dan layanan kesehatan, logistik dan distribusi khusus, serta ruang digital. Segmennya meliputi Perusahaan Blue Chip, Perusahaan Teknologi Digital, dan Perusahaan yang berfokus pada pertumbuhan.
SRTG sendiri tercatat melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 26 Juni 2013 lalu, di harga Rp 5.500 per saham. Sementara per tanggal 27 September 2023, saham SRTG tercatat berada di Rp 1.815 per saham. Lantas, apakah penurunan harga ini menjadikan saham SRTG menarik untuk dikoleksi?
Valuasi saham SRTG
Price Earning Ratio (PER) | -1.02x |
Price Book Value Ratio (PBV) | 0.54x |
Debt Equity Ratio (DER) | 4.33% |
Return On Equity (ROE) | -52.44% |
Return On Assets (ROA) | -50.26% |
Secara valuasi, SRTG dinilai masih memiliki valuasi yang cukup murah, dimana rasio PER nya berada di kisaran -1.02x dan rasio PBV nya berada di kisaran 0.54x. Meskipun begitu, Net Asset Value (NAV) SRTG tercatat menurun menjadi Rp 47,5 triliun pada semester I-2023. Nah, mengingat model bisnis SRTG adalah berinvestasi di perusahaan portofolio, bukan mengelola secara langsung operasional bisnis seperti korporasi pada umumnya, maka prospek dari SRTG sendiri akan sangat bergantung dengan kinerja saham-saham yang ada dalam portofolio investasinya. Lantas, apa saja saham-saham yang ada dalam portofolio investasi SRTG?
- PT. Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO)
Melalui SRTG, Sandiaga Uno memiliki sebanyak 58,46% saham PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO), yang merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan batubara, penggalian, jasa penunjang pertambangan, perdagangan, transportasi, pergudangan dan jasa penunjang transportasi, penanganan kargo (stevedoring), kegiatan jasa pelabuhan laut, pertanian, konstruksi, perbaikan dan pemasangan mesin, power supply, water treatment, serta kehutanan dan industri. Adapun secara valuasi, ADRO dinilai masih memiliki valuasi yang cukup murah, dimana rasio PER nya berada di kisaran 3.48x dan rasio PBV nya berada di kisaran 0.95x.
- PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA)
Sandiaga Uno melalui SRTG memiliki sebanyak 18,35% saham PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA), yang merupakan perusahaan induk pertambangan logam dan mineral yang bergerak dalam mengeksplorasi, mengekstraksi dan memproduksi emas, perak, tembaga dan mineral lainnya. Adapun secara valuasi, MDKA dinilai masih memiliki valuasi yang cukup murah, dimana rasio PER nya berada di kisaran -47.58x dan rasio PBV nya berada di kisaran 5.13x.
- PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG)
Sandiaga Uno lewat SRTG juga memiliki sebanyak 34,59% saham PT Tower Bersama Infrastructure Tbk (TBIG), yang merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang penyewaan ruang untuk antena dan peralatan lainnya untuk transmisi sinyal nirkabel di lokasi menara berdasarkan perjanjian sewa jangka panjang dengan operator telekomunikasi. Segmennya meliputi tower, repeater, building dan fiber optic. Adapun secara valuasi, TBIG dinilai masih memiliki valuasi yang cukup mahal, dimana rasio PER nya berada di kisaran 33.22x dan rasio PBV nya berada di kisaran 4.28x.
- PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX)
Melalui SRTG, Sandiaga Uno memiliki sebanyak 56,69% saham PT Mitra Pinasthika Mustika Tbk (MPMX), yang merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang distribusi kendaraan roda dua dan suku cadang merek Honda di wilayah Jawa Timur dan Nusa Tenggara Timur, penjualan mobil bekas, penyewaan kendaraan dan supir, lelang, asuransi umum, kegiatan pembiayaan, penjualan online kendaraan roda empat dan kegiatan pendukungnya. Segmen perusahaan meliputi distribusi, ritel dan purnajual; transportasi, dan asuransi. Adapun secara valuasi, MPMX dinilai masih memiliki valuasi yang cukup murah, dimana rasio PER nya berada di kisaran 8.61x dan rasio PBV nya berada di kisaran 0.78x.
- PT Provident Investasi Bersama Tbk (PALM)
Sandiaga Uno melalui SRTG juga memiliki sebanyak 19,87% saham PT Provident Investasi Bersama Tbk (PALM), yang merupakan perusahaan investasi yang terlibat dalam investasi di perusahaan lain yang bergerak dalam bidang pertanian, perdagangan, industri, transportasi, dan jasa (tidak termasuk layanan hukum dan pajak). Anak perusahaannya antara lain PT Alam Permai, PT Sarana Investasi Nusantara, dan PT Suwarna Arta Mandiri. Adapun secara valuasi, PALM dinilai masih memiliki valuasi yang cukup murah, dimana rasio PER nya berada di kisaran -1.14x dan rasio PBV nya berada di kisaran 0.87x.
- PT Samator Indo Gas Tbk (AGII)
SRTG diketahui juga memiliki sebanyak 10% saham PT Samator Indo Gas Tbk (AGII), yang merupakan perusahaan yang bergerak dalam pemasokan gas-gas industri, seperti gas udara (oksigen, nitrogen, dan argon), gas medis, gas sintetik dan lain-lain. Produk gasnya memiliki beragam kegunaan dan melayani berbagai industri, termasuk medis, metalurgi, energi, dan lainnya. Lini Layanan & Peralatannya meliputi Peralatan Pasokan Medis (MSE), Sistem Pembangkitan di Lokasi (OGS), Peralatan Penanganan & Pemotongan Gas (GHCE), Layanan Instalasi, dan lain-lain. Adapun secara valuasi, AGII dinilai masih memiliki valuasi yang cukup mahal, dimana rasio PER nya berada di kisaran 40.99x dan rasio PBV nya berada di kisaran 1.47x.
- PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA)
Sandiaga Uno melalui SRTG juga diketahui memiliki kepemilikan sebesar 6,97% saham PT Nusa Raya Cipta Tbk (NRCA), yang merupakan perusahaan jasa konstruksi yang bergerak dalam bidang pembangunan hotel dan resort, gedung perkantoran, apartemen, rumah sakit, mall, pusat perbelanjaan dan pabrik, serta memiliki kompetensi di bidang pembangunan infrastruktur. Perseroan juga menjalankan kegiatan usaha penunjang di bidang pertambangan minyak bumi dan gas bumi, serta sektor pertambangan dan ekstraktif lainnya. Adapun secara valuasi, NRCA dinilai masih memiliki valuasi yang cukup murah, dimana rasio PER nya berada di kisaran 8.33x dan rasio PBV nya berada di kisaran 0.77x.
Dari daftar saham-saham yang ada dalam portofolio investasi SRTG, dapat terlihat bahwa mayoritas pendapatan SRTG ditopang oleh PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) dengan porsi kepemilikan sebesar 58,46%. Lantas, bagaimana prospek ADRO sendiri kedepannya? Apakah ADRO mampu membawa berkah bagi saham SRTG?
Seperti yang disebutkan sebelumnya, prospek batubara kedepannya masih cukup cerah mengingat Indonesia yang saat ini tengah dilanda fenomena El nino, kemudian pemerintah India yang mewajibkan pembangkit listrik untuk menggunakan batubara impor karena cuaca India yang sangat panas, dan juga China yang akan meningkatkan pasokan batubaranya untuk mengantisipasi peningkatan keperluan pendingin ruangan. Selain itu, mengingat China merupakan tujuan ekspor terbesar ADRO, dengan porsi ekspor sebesar 19% pada kuartal I-2023, maka peningkatan permintaan batubara China tentunya akan mendongkrak kinerja ADRO di semester II-2023 ini.
Di samping itu, ADRO masih tergolong cukup aman jika harga batubara mengalami penurunan dibandingkan dengan emiten batubara lainnya. Hal ini dikarenakan diversifikasi bisnis yang dilakukan ADRO di bidang kendaraan listrik. Seperti yang kita ketahui, pemerintah saat ini juga sedang gencar-gencar nya mendorong penggunaan kendaraan listrik. Jadi, diversifikasi ADRO di bidang kendaraan listrik ini dapat terbilang cukup menjanjikan untuk kedepannya.
Nah, prospek ADRO yang cukup cerah ini tentunya berpotensi mengkerek kinerja SRTG tentunya. Selain itu, jika Sandiaga Uno terpilih menjadi cawapres Ganjar Pranomo dalam Pilpres 2024, maka saham SRTG berpotensi meningkat, mengingat Sandiaga Uno merupakan pemegang saham terbesar ketiga dengan porsi kepemilikan sebesar 21,51%. Valuasinya yang masih cukup murah pun menjadikan saham SRTG ini layak untuk mendapatkan rekomendasi BUY.
Disclaimer:
Buletin ini dimaksudkan untuk tujuan informasi dan bukan sebagai dasar untuk membeli dan menjual keputusan. Kinerja masa lalu tidak mencerminkan kinerja masa depan. Klien harus mengetahui dan memahami risiko di Pasar Modal dan memahami isi buletin sebelum mengambil tindakan terkait. Oleh karena itu, PT Fawz Finansial Indonesia tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung atau tidak langsung yang diderita oleh klien sebagai akibat dari penggunaan informasi dalam buletin ini.
By Aurel Fawz Finansial Indonesia