[Medan | 16 Oktober 2023] Konflik dan ketegangan antara Israel dan Palestina tak kunjung reda hingga saat ini. Bahkan, Hamas, yang merupakan kelompok Islam Palestina, kembali melancarkan serangan terhadap Israel pada hari Sabtu, 7 Oktober 2023. Serangan ini pun telah menyebabkan ribuan orang tewas dan kerusakan yang signifikan baik di wilayah Israel maupun Gaza.
Selain menyebabkan ribuan orang tewas, perang Israel-Hamas ini juga membuat kondisi perekonomian global saat ini penuh dengan ketidakpastian. Pasalnya, harga minyak dunia terpantau melonjak tajam akibat perang ini, dimana pada perdagangan hari Jumat (13/10/2023), harga minyak WTI ditutup naik 5,8% ke level US$ 87,7 per barel, dan harga minyak brent ditutup naik 5,7% ke level US$ 90,89 per barel. Bahkan, sejumlah ekonom memperkirakan bahwa harga minyak mentah bisa naik ke level US$ 90-92 per barel akibat perang Israel-Hamas ini.
Kenaikan harga minyak ini pun berpotensi meningkatkan inflasi, yang pada akhirnya dapat mengarah pada suku bunga yang lebih tinggi dan pertumbuhan ekonomi global yang tertahan. Bank Sentral AS atau The Fed sendiri pun mengindikasikan masih akan menaikkan suku bunganya sekali lagi dalam tahun ini, dan suku bunga pun diproyeksikan masih akan tetap tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.
Selain itu, perang antara Israel dan Hamas ini juga telah menimbulkan ketidakpastian di pasar ekuitas, dan investor beralih ke aset-aset safe haven seperti emas dan dolar Amerika Serikat (AS), sehingga melemahkan nilai tukar Rupiah. Melemahnya Rupiah juga berdampak pada kenaikan harga barang impor, terutama pangan seperti beras. Meskipun ada negara-negara yang bersedia untuk mengekspor beras ke Indonesia, biaya impor beras masih dipengaruhi oleh nilai tukar dolar AS, sehingga harga beras impor pun menjadi lebih tinggi.