[Medan | 10 Maret 2025] Bank Indonesia (BI) melaporkan bahwa cadangan devisa Indonesia pada Februari 2025 turun menjadi US$154,5 miliar, dibandingkan dengan posisi Januari 2025 yang mencapai rekor tertinggi sepanjang masa di US$156,1 miliar. Penurunan ini sejalan dengan langkah BI dalam menstabilkan nilai tukar rupiah.
Menurut Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, intervensi bank sentral ini merupakan respons terhadap tingginya ketidakpastian pasar keuangan global. Selain itu, penurunan cadangan devisa juga dipengaruhi oleh pembayaran utang luar negeri pemerintah serta kebijakan stabilisasi rupiah.
Meskipun mengalami penurunan, Denny menegaskan bahwa cadangan devisa saat ini masih memadai untuk menopang ketahanan sektor eksternal dan menjaga stabilitas makroekonomi serta sistem keuangan. Posisi cadangan devisa akhir Februari 2025 tercatat setara dengan pembiayaan 6,6 bulan impor atau 6,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, jauh di atas standar kecukupan internasional sebesar 3 bulan impor.
Namun, dengan nilai tukar rupiah masih rentan terhadap tekanan eksternal dan domestik, penurunan cadangan devisa ini berpotensi membatasi ruang bagi BI untuk memangkas suku bunga acuan dalam pertemuan bulan ini. Terlebih lagi, memasuki musim pembagian dividen hingga April, permintaan terhadap dolar AS biasanya meningkat, yang dapat memberikan tekanan tambahan bagi rupiah.
Faktor lain yang memperburuk volatilitas rupiah adalah ketidakpastian kebijakan tarif impor AS. Perlu dicatat, ketika rupiah terdepresiasi 1,7% pada bulan lalu, indeks dolar AS justru melemah 0,7% ke level 107,61 dalam periode yang sama.
Meskipun peluang pemangkasan suku bunga dalam waktu dekat tampak kecil, ada potensi cadangan devisa kembali meningkat pada akhir Maret 2025. Hal ini sejalan dengan kebijakan mandatori penempatan 100% Devisa Hasil Ekspor (DHE) selama 12 bulan di dalam negeri, yang mulai berlaku bulan ini.