Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral se-ASEAN (ASEAN Finance Ministers and Central Bank Governors/AFMGM) menggelar pertemuan yang berlangsung dari tanggal 28 maret hingga 31 maret 2023 lalu. Dalam pertemuan tersebut, mereka menyepakati bahwa negara-negara di Asia Tenggara (ASEAN) akan menggunakan mata uang lokal saat melakukan transaksi perdagangan.
Keputusan ini pun dapat membuat mata uang dolar Amerika Serikat perlahan mulai ditinggalkan dalam transaksi perdagangan antarnegara ASEAN. Menurut Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo, diversifikasi mata uang untuk perdagangan internasional ini bertujuan untuk memperbaiki pemulihan ekonomi dan menahan dampak ekonomi global bagi kawasan. Diversifikasi ini juga bertujuan untuk memperbaiki dan mempromosikan ekspor serta investasi agar bisa memperkuat keseimbangan dan cadangan devisa.
Perry menambahkan bahwa lima bank sentral di Asia Tenggara, dimulai dengan Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina, tahun lalu menandatangani nota kesepahaman di bawah Presidensi G20 mengenai interkonektivitas pembayaran lintas batas, termasuk penggunaan QRIS untuk transaksi lokal. Selain itu, negara-negara ASEAN mulai dari Vietnam, Brunei, Kamboja, dan Laos akan ambil bagian. Dia mengklaim bahwa dengan inisiatif selanjutnya, konektivitas ASEAN akan ditingkatkan dari 5 menjadi 10 dan kemudian mendunia.