Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve (The Fed) telah memutuskan untuk menahan suku bunga acuan di level 5,0-5,25%, untuk pertama kalinya setelah menaikkannya selama 10 bulan berturut-turut sejak Maret 2022. Meskipun begitu, Gubernur The Fed, Jerome Powell dalam pidatonya mengisyaratkan masih akan ada kenaikan sebanyak dua kali hingga akhir tahun. Artinya, era suku bunga tinggi masih belum berakhir.
Adapun, Powell mengatakan bahwa pasar bertahan lebih baik dari yang diharapkan di tengah pengetatan kebijakan moneter agresif tahun lalu. Oleh karena itu, ia mengisyaratkan kenaikan lebih lanjut masih bisa dilakukan. Isyarat kenaikan suku bunga ini pun sejalan dengan perkiraan The Fed sebelumnya, dimana suku bunga 2023 bakal berada pada kisaran level 5,5-5,75%. Jadi, pemangkasan suku bunga seperti yang diharapkan para analisis tampaknya belum akan terjadi dalam waktu dekat ini.
Sebagai informasi, data Inflasi AS yang dirilis pada hari Selasa (13/6/2023) menunjukan inflasi tahunan Mei 2023 mencapai 4% (year-on-year/yoy) setelah sebelumnya sebesar 4,9% pada April 2023. Meskipun inflasi menunjukan penurunan secara tahunan, angka tersebut masih lebih besar dibandingkan target The Fed yang sebesar 2%. Sementara itu, keputusan The Fed untuk menahan suku bunga acuan diproyeksikan dapat membawa angin segar bagi pasar saham dalam negeri, terutama saham-saham yang sensitif terhadap suku bunga, seperti perbankan.