Federal Reserve atau The Fed kembali menaikkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin, ke kisaran 5,00%-5,25%, dan membuka peluang untuk kemungkinan jeda dalam kenaikan suku bunga.
Keputusan ini diambil untuk memberikan waktu kepada pembuat kebijakan untuk mempertimbangkan efek dari kegagalan bank baru-baru ini, menunggu solusi politik untuk kebuntuan plafon utang AS, dan memantau perkembangan inflasi.
Tingkat kebijakan The Fed saat ini kira-kira sama seperti pada malam krisis keuangan yang tidak stabil 16 tahun yang lalu, dan berada pada tingkat yang diproyeksikan oleh mayoritas pejabat The Fed pada bulan Maret sebenarnya akan “cukup membatasi” untuk mengembalikan inflasi ke target 2% bank sentral. Meskipun begitu, inflasi saat ini masih lebih dari dua kali lipat dari target tersebut.
The Fed juga mengatakan bahwa pihaknya hanya akan mengamati data yang masuk untuk menentukan apakah kenaikan suku bunga yang lebih tinggi patut untuk dilakukan. Risiko seputar kegagalan beberapa bank AS baru-baru ini dan kebuntuan batas utang antara Partai Republik di Kongres dan Presiden Demokrat Joe Biden juga telah menambah kewaspadaan Fed untuk mencoba memperketat kondisi keuangan lebih lanjut.
Di samping itu, The Fed diproyeksikan akan mulai melakukan penurunan suku bunga pada 2024, dengan suku bunga acuan diprediksi turun menjadi sekitar 4,3%. Namun, para investor memperkirakan bahwa The Fed akan mulai menurunkan suku bunga sebelum tahun depan. Berdasarkan prediksi mereka, ada kemungkinan hampir 75% bahwa suku bunga The Fed akan berada di kisaran 4% dan 5% pada September 2023.