[Medan | 12 Desember 2024] Saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) mengalami penurunan setelah mencetak auto reject atas (ARA) berturut-turut sejak pertama kali mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada 5 Desember 2024. Adapun pada perdagangan Kamis (11/12/2024), saham AADI ditutup melemah 6,57% di level Rp 9.600 per saham.
Saham AADI sendiri berhasil mendapat perhatian besar dari investor, terutama setelah spin-off dari PT Alamtri Resources Indonesia Tbk (ADRO). Menurut Research Analyst RHB Sekuritas, Muhammad Wafi, saham-saham yang baru melakukan IPO cenderung menunjukkan volatilitas tinggi, terutama di awal perdagangan, dengan kecenderungan mengalami ARA selama beberapa hari.
Namun, setelah tren kenaikan tajam, saham AADI mulai terkoreksi. Penurunan ini kemungkinan disebabkan oleh aksi ambil untung (profit-taking) dari investor yang sebelumnya telah menikmati kenaikan signifikan.
Meskipun mengalami koreksi, AADI memiliki prospek yang tetap menjanjikan berkat cadangan batu bara sebesar 917 juta ton dan sumber daya mencapai 4,1 miliar ton, yang memungkinkan produksi berkelanjutan hingga 80 tahun ke depan. Selain itu, AADI juga berpotensi memanfaatkan kenaikan harga komoditas akibat ketegangan geopolitik global. Potensi untuk masuk ke dalam indeks MSCI juga bisa menjadi daya tarik tambahan, yang berpeluang mendatangkan investor institusi berskala global.
Menurut Yoga Ahmad Gifari dari Sucor Sekuritas, faktor-faktor ini menjadikan AADI sebagai pilihan investasi yang menarik dalam jangka panjang. Sucor Sekuritas memberikan rekomendasi beli dengan target harga Rp 30.100 per saham, yang menunjukkan potensi kenaikan hingga 442% dibandingkan dengan harga saat IPO. Koreksi yang terjadi lebih dipengaruhi oleh aksi ambil untung daripada faktor fundamental, sehingga saham ini masih memiliki prospek positif untuk investasi di masa depan.