Menyusul pengenaan batas harga minyak dan produk minyak Rusia oleh Barat, Wakil Perdana Menteri Rusia, Alexander Novak mengumumkan pada hari Jumat (10/2/2023) bahwa Rusia akan mengurangi produksi minyak sebesar 500.000 barel per hari, atau sekitar 5% dari produksi, pada bulan Maret mendatang.
Pengumuman ini pun mendorong harga minyak mentah Brent naik lebih dari 2,5% menjadi $86,6 per barel. Menurut Novak, Rusia saat ini sepenuhnya menjual seluruh volume minyak yang diproduksi, namun seperti yang dinyatakan sebelumnya, Rusia tidak akan menjual minyak kepada negara-negara yang secara langsung maupun tidak langsung mematuhi prinsip batas harga.
Sebagai informasi, produksi minyak Rusia pada tahun lalu naik 2% menjadi 535 juta ton (10,7 juta barel per hari) berkat lonjakan penjualan ke Asia, terutama ke India dan China. Namun, menyusul serangkaian sanksi baru dari Barat, Rusia menghadapi lebih banyak tantangan dalam menjual minyak, dimana sumber utama pendapatan anggaran negara membukukan defisit $25 miliar pada bulan Januari.
Negara-negara Barat telah memberlakukan pembatasan, dan mencoba menghentikan pendapatan minyak Rusia sebagai tanggapan atas tindakan negara tersebut di Ukraina. G7, Uni Eropa, dan Australia setuju untuk melarang penggunaan asuransi, keuangan, dan perantara maritim yang dipasok Barat untuk minyak Rusia yang berlayar di laut dengan harga di atas $60 per barel mulai 5 Desember. Uni Eropa juga memberlakukan larangan pembelian produk minyak Rusia dan menetapkan batas harga mulai 5 Februari.
Langkah ini pun akan secara drastis meningkatkan harga minyak. Tindakan tersebut berpotensi menimbulkan gejolak baru di pasar minyak, yang sebelumnya menerima gangguan dalam pengiriman Rusia. Ini juga semakin memperketat batasan pasokan OPEC+ setelah Arab Saudi telah mengurangi produksi sebesar 2 juta barel per hari tahun lalu dalam upaya untuk mendukung harga.